Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Vaksinasi Antibodi Anak yang Sudah Terinfeksi Covid-19 Kurang Melindungi, Studi Jelaskan

Kompas.com - 25/03/2022, 16:01 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Reuters


KOMPAS.com - Studi baru menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak dan remaja, yang belum mendapat vaksinasi Covid-19 tidak membentuk antibodi yang sama seperti anak sudah divaksin.

Biasanya, kelompok usia tersebut memiliki antibodi dalam darah untuk melawan Covid-19 dalam enam bulan setelah terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Akan tetapi, hal ini tampaknya tidak berlaku pada anak-anak dan remaja dalam penelitian yang bekum mendapatkan vaksin Covid-19. Studi ini menunjukkan pentingnya vaksinasi anak dan remaja untuk membentuk antibodi terhadap Covid-19 yang kuat pada kelompok ini.

Dilansir dari Reuters, Senin (21/3/2022) temuan tersebut merupakan hasil studi yang dilakukan para peneliti di Texas, Amerika Serikat terhadap 218 peserta berusia antara 5 tahun sampai 19 tahun.

Menurut studi tentang antibodi Covid-19 pada anak dan remaja yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics pada 18 Maret 2022 itu, tim menganalisis anak dan remaja mealui tiga sampel darah, dengan interval tiga bulan sejak bulan Oktober 2020 lalu.

Baca juga: Vaksin Pfizer Kantongi Izin FDA untuk Vaksinasi pada Anak Remaja

 

Lebih dari 90 persen peserta, yakni anak dan remaja yang belum mendapat vaksinasi Covid-19, ketika mereka terlibat dalam penelitian.

Para peneliti mencatat, pada tes darah pertama antibodi infeksi Covid-19 hanya ditemukan pada sepertiga anak-anak.

Enam bulan kemudian, 96 persen dari mereka yang diketahui memiliki antibodi masih memilikinya. Namun demikian, para peneliti juga melaporkan bahwa tingkat perlindungan pada mereka yang memiliki antibodi masih belum jelas.

"Beberapa orang tua berpikir hanya karena anak mereka terkena Covid-19, mereka sekarang terlindungi dan tidak perlu mendapatkan vaksin," ungkap peneliti studi dari UTHealth School of Public Health Dallas, Sarah Messiah.

Dijelaskannya, studi yang belum ditinjau rekan sejawat ini dirancang untuk mendeteksi terbentuknya antibodi dalam sistem kekebalan, bukan menganalisis jumlah antibodi.

Di samping itu, Messiah dan timnya tidak menemukan perbedaan berdasarkan gejala, tingkat keparahan gejala, berat badan atau jenis kelamin ketika anak dan remaja terinfeksi virus corona. Studi ini pun menekankan pentingnya vaksinasi anak dan remaja.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Bisa Dimulai Hari Ini, Begini Saran Ahli

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com