Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pawang Hujan Beraksi di MotoGP Mandalika 2022, Sejak Kapan Pawang Hujan Ada di Indonesia?

Kompas.com - 22/03/2022, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aksi pawang hujan Rara Istiani Wilandari di gelaran MotoGP Mandalika 2022 menarik perhatian netizen Indonesia dan masyarakat dunia.

Pasalnya, tidak hanya warga negara Indonesia yang ikut ramai memperbincangkan pro-kontra terhadap aksi pawang hujan di pagelaran akbar internasional tersebut, tetapi juga menjadi sorotan warga negara lain.

Sejumlah media asing dan akun Twitter MotoGP pun memberikan pujian terhadap aksi pawang hujan yang dinilai cukup berhasil dalam kerjanya itu.

Baca juga: Viral Pebalap MotoGp Berendam Air di Ember karena Cuaca Panas, Ini Efeknya pada Tubuh

Seperti yang terjadi pada Minggu (20/3/2022), balapan MotoGP Mandalika sempat ditunda sekitar satu jam akibat hujan deras yang turun. Bahkan sempat muncul petir di lintasan.

Ketika hujan tak kunjung reda, pawang hujan pun kemudian beraksi melakukan ritual. Tak berselang lama, hujan pun mereda dan balapan kelas utama MotoGP pun bisa dilangsungkan.

Namun, sejak kapan aktivitas pawang hujan dikenal di Indonesia?

Peneliti Sastra dan Budayawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Dr Sunu Wasono mengatakan, sebenarnya tidak diketahui lebih jelas, sejak kapan pawang hujan ini dikenal di Indonesia.

"Tak diketahui sejak kapan ada profesi pawang hujan," kata Sunu kepada Kompas.com, Selasa (22/3/2022).

Sunu menjelaskan keberadaan pawang hujan dan pawang-pawang lainnya seperti pawang ular, pawang buaya dan lain-lain ini sangat mungkin ada, karena adanya usaha manusia untuk bertahan atau mempertahankan hidup.

Dengan begitu, pawang hujan ada karena ada kebutuhan manusia untuk menyikapi dan menyiasati perilaku alam, khususnya hujan.

Seperti yang kita ketahui, manusia membutuhkan hujan dalam hidupnya, tetapi ada kalanya di saat-saat tertentu tidak membutuhkan hujan.

"Dari situ muncullah ide bagaimana menghalau hujan ke tempat lain," ujarnya.

Baca juga: BRIN Gunakan Teknologi Modifikasi Cuaca Selama MotoGP Digelar di Mandalika, Apa Itu?

Hal ini diperkuat dengan pola pikir masyarakat lama yang percaya pada kekuatan mantra. Di mana segala sesuatu bisa dikendalikan dengan mantra, termasuk hujan.

Mantra didasarkan untuk menghimpun energi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Mantra sebetulnya "hanya" bunyi yang disusun sedemikian rupa.

Dalam konteks pawang hujan, mantra pawang hujan diyakini bisa menghalau hujan yang akan turun di suatu tempat tertentu.

"Di masa ini, profesi itu, maksudnya pawang hujan, masih diperhitungkan oleh sebagian masyarakat yang masih memercayainya," jelasnya.

Terlebih pada kelompok masyarakat yang masih percaya pada kekuatan gaib.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com