Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Pebalap MotoGp Berendam Air di Ember karena Cuaca Panas, Ini Efeknya pada Tubuh

Kompas.com - 21/03/2022, 20:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meskipun masih dalam periode musim hujan, sejumlah daerah justru mengalami beberapa hari cuaca panas, seperti yang terjadi di kawasan sirkuit MotoGP Mandalika.

Dengan kondisi cuaca panas membuat beberapa pebalap MotoGP di Mandalika sengaja merendamkan diri ke dalam bak sampah dan kolam plastik untuk balita yang dipenuhi dengan air.

Para pebalap berendam di dalam tong berisi air es untuk menghindari panasnya cuaca dan iklim di Indonesia yang bisa menyentuh 44 derajat Celcius.

Baca juga: Rahasia Umur Panjang Orang Jepang, Kuncinya Berendam Air Panas

Tindakan yang mereka lakukan dianggap tidak mengherankan, karena umumnya mereka berasal dari Benua Eropa yang memiliki cuaca cenderung lebih dingin daripada di Indonesia.

Efek berendam saat cuaca panas

Hal ini pun menimbulkan pertanyaan besar, apa pengaruh atau efeknya jika berendam di air pada saat cuaca panas seperti itu?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Erni Juwita Nelwan PhD, Sp.PD, K-PTI mengatakan, sebenarnya tidak ada masalah besar jika saat cuaca panas kemudian berendam dalam air.

"Ya enggak apa-apa (berendam saat cuaca berendam). Enggak berendam juga enggak masalah," kata Erni kepada Kompas.com, Senin (21/3/2022).

Hal ini dikarenakan, ketika cuaca panas bukan berarti suhu tubuh panas, melainkan lingkungan di sekitar kita yang sedang panas.

Erni menjelaskan, sebenarnya tidak ada cara atau hal yang khusus untuk membuat tubuh merasa lebih dingin atau bersuhu tubuh normal saat cuaca di luar sedang panas ekstrem.

Selain dengan berendam, Erni menyarankan untuk berkipas atau masuk ke ruangan yang ada AC di dalamnya.

"Ya ini sebenarnya upaya biar badan cepat nyaman suhunya. Secara prinsip enggak ada bahayanya (berendam saat cuaca panas)," jelasnya.

Sementara itu, dokter dari Permanente di Atlanta, Reginald Mason mengatakan, sebagian orang berisiko mengalami heat stroke, terutama bagi mereka yang berolahraga di bawah cuaca terik.

"Atlet yang kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat pun bisa menderita heat stroke akibat aktivitas yang berlebihan dalam berolahraga," kata Mason.

Situasi heat stroke dapat dialami orang yang beraktivitas di bawah paparan sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

"Jika berolahraga pada waktu yang salah, kita dapat berisiko mengalami heat stroke dalam 20 hingga 30 menit," tutur dokter di bidang olahargaa Mark J Conroy.

Baca juga: 3 Manfaat Berendam Air Garam untuk Kesehatan

 

Jika suhu tubuh tidak didinginkan dengan cepat, korban heat stroke bisa menderita komplikasi jangka panjang yang membahayakan diri.

Misalnya untuk masalah kognitif, seseorang dapat hilang ingatan, tak bisa mengatasi panas, kerusakan otot, hingga masalah ginjal dan hati.

Normalkan suhu tubuh dahulu

Namun, Akademisi dan dokter spesialis penyakit dalam dari Universitas Indonesia (UI), dr Ari Farial Syam, SpPD mengatakan berendam ataupun mandi tidak seharusnya dilakukan ketika seseorang sedang mengalami suhu tubuh yang panas, terutama saat tubuh berkeringat.

Dalam kondisi tubuh berkeringat, Ari menyarankan agar menormalkan suhu tubuh terlebih dahulu sebelum Anda mandi agar stabil.

Baca juga: Hilangkan Stres, Monyet Jepang Suka Berendam Air Panas Seperti Manusia

Hal ini harus dilakukan karena, air yang biasa digunakan untuk mandi memiliki suhu rata-rata 30 derajat Celcius, di mana suhu ini di bawah rata-rata suhu tubuh normal atau ketika tubuh berkeringat.

"Intinya adalah semua air rata-rata bersuhu 30 derajat. Makanya di saat posisi tubuh berkeringat dan langsung kena suhu dingin (air untuk mandi) sudah pasti ada reaksi, misalnya menggigil," jelanya.

"Jadi memang sebaiknya kita normalkan dulu suhu tubuh, baru mandi," tambahnya.

Pada kasus tertentu, suhu dingin akan memengaruhi tubuh sebagian orang dan menimbulkan reaksi dan alergi.

"Perbedaan suhu itu akan berpengaruh pada seseorang, tiap orang berbeda-beda reaksinya. Ada yang muncul alergi, seperti bentol-bentol atau bersin-bersin," ujar Ari.

Jika kondisi ini berlanjut, pada jangka waktu panjang dimungkinkan bisa berakibat pada penurunan daya tahan tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com