Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sebut Longsor Mungkin Jadi Penyebab Letusan Gunung Tonga, Mirip Anak Krakatau 2018

Kompas.com - 20/01/2022, 18:45 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Tonga meletus pada Sabtu (15/1/2022). Meskipun analisis pasti penyebab kejadian itu belum ditemukan, ahli menilai pemicu ledakan besar Tonga serupa dengan kejadian letusan Gunung Anak Krakatau 2018.

Gunung Tonga adalah salah satu gunung api bawah laut yang cukup aktif, yang berada di lepas pantai Pasifik Selatan pulau Tonga. 

Gunung Tonga meletus pada Sabtu (15/1/2022) lalu, setelah ledakan erupsi gunung ini menghancurkan kawah permukaan laut dan menenggelamkan massanya. 

Baca juga: NASA Sebut Letusan Gunung Api Bawah Laut Tonga 500 Kali Lebih Kuat dari Bom Hiroshima

Letusan gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai, yang terletak di Cincin Api Pasifik yang aktif secara seismik, mengirimkan gelombang tsunami melintasi Samudra Pasifik dan terdengar sekitar 2.300 km (1.430 mil) jauhnya di Selandia Baru, dilansir dari Reuters, Selasa (18/1/2022).

"Kekhawatiran saat ini adalah betapa sedikitnya informasi yang kami miliki (tentang aktivitas Gunung Tonga) dan itu menakutkan," kata Janine Krippner, ahli vulkanologi yang berbasis di Selandia Baru dalam Smithsonian Global Volcanism Progam.

Krippner mengatakan, bahwa kemungkinan instrumen di tempat erupsi terjadi telah hancur saat Gunung Tonga meletus.

Meskipun tanda peringatan dini tsunami akibat letusan Gunung Tonga telah dicabut, komunitas vulkanologi tetap mengumpulkan data dan keahlian terbaik mereka untuk meninjau letusan gunung api ini, dan memprediksi aktivitas vulkanik Gunung Tonga di masa depan untuk mengantisipasi dampak erupsinya.

Hal ini dikarenakan, letusan Gunung Tonga pada akhir pekan lalu sangat kuat, sehingga luar angkasa tak hanya menangkap awan abu yang sangat besar.

Melainkan, satelit luar angka juga menangkap gelombang kejut di atmosfer yang memancar keluar dari gunung berapi dengan kecepatan yang mendekati kecepatan suara.

Dengan kondisi itu, ledakan erupsi gunung api bawah laut Tonga ini sempat membuat khawatir masyarakat dunia.

Kesamaan Letusan Tonga dan Gunung Krakatau

Krakatau atau Krakatoa dalam bahasa Inggris adalah gunung berapi yang masih aktif dan terletak di Pulau Rakata, yang berada di perairan Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatera.

Krakatau pernah mengalami letusan atau ledakan besar yang mengguncang dunia pada tahun 1883, kemudian kembali meletus pada 2018.

Ahli Geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman mengatakan, peristiwa meletusnya Gunung Tonga ini memiliki banyak kesamaan dengan Gunung Krakatau.

Berikut beberapa kesamaan di antara kedua gunung dan peristiwa ledakan yang terjadi.

1. Letak geografis gunung di tengah laut

Mirzam menjelaskan bahwa, Tonga memiliki kemiripan dengan Gunung Krakatau dalam konteks berdasarkan geografinya yakni berada di tengah laut, dan sebagian tubuh gunung tertutupi atau berada di bawah permukaan laut.

Selain berdasarkan geografi, Mirzam menyebutkan bahwa kemiripan lainnya dari Tonga dan Gunung Krakatau, yakni memiliki bukaan kawah kaldera (kawah vulkanik besar) yang cenderung kearah tertentu.

2. Bukaan kawah kaldera

Selain berdasarkan geografi, Mirzam menyebutkan bahwa kemiripan lainnya dari Tonga dan Gunung Krakatau, yakni memiliki bukaan kawah kaldera yang cenderung ke arah tertentu.

Kaldera adalah sebuah kawah vulkanik yang terbentuk akibat adanya proses erupsi yang sangat besar atau jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik terjadi.

Bukaan kawah kaldera Gunung Krakatau cenderung ke arah Barat Daya, tetapi untuk bukaan kawah Tonga lebih ke arah Tenggara.

Melihat kesamaan dari kedua gunung ini, Mirzam mengatakan, meskipun kadang susah diprediksi, gunung memang mempunya pola keteraturan tersendiri.

"Maka arah letusan dari Tonga itu akan ke arah Tenggara, seperti halnya Krakatau pasti arah letusannya akan ke arah Barat Daya," kata dia.

Baca juga: Mengapa Letusan Gunung Berapi Tonga Sangat Besar dan Menimbulkan Tsunami? Ahli Jelaskan

Gumpalan membumbung di atas Tonga setelah gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dalam citra satelit ini yang diambil oleh Himawari-8, satelit cuaca Jepang yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi Jepang pada 15 Januari 2022, dalam tangkapan layar ini diperoleh dari sosial video media. REUTERS Gumpalan membumbung di atas Tonga setelah gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dalam citra satelit ini yang diambil oleh Himawari-8, satelit cuaca Jepang yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi Jepang pada 15 Januari 2022, dalam tangkapan layar ini diperoleh dari sosial video media.

3. Kemungkinan letusan disebabkan longsor

Nah, dengan posisi yang sama-sama berada di tengah laut dan bukaan kawah kaldera ke arah tertentu, Mirzam mengatakan, seharusnya kita sudah belajar dari apa yang terjadi dengan letusan di Krakatau tahun 1883 dan 2018 lalu.

Ada dua mekanisme yang terjadi pada letusan Gunung Krakatau, yakni ledakan vulkanik besar yang bisa menghasilkan tsunami seperti kejadian letusan Krakatau pada 1883, atau letusan yang terjadi karena dorongan longsor dan longsor inilah yang menghasilkan tsunami seperti kejadian Krakatau 2018.

Baca juga: Tsunami Tonga, Ahli Jelaskan Dampak Letusan Gunung Berapi Bawah Laut

Sehingga menimbulkan pertanyaan besar, kejadian letusan Tonga kemarin lebih cenderung diakibatkan oleh faktor pemicu yang mana?

Untuk persoalan ini, Mirzam menjelaskan bahwa untuk mengetahui ledakan Tonga kemarin disebabkan oleh apa, maka harus diteliti dahulu produk abu, produk material dari letusan itu, dan lain sebagainya.

Selain itu, penyebab pastinya juga bisa diteliti oleh para ahli dari melihat posisi geografis Tonga dengan garis pantai terdekat, waktu sampainya tsunami dan ketepatan waktunya dengan ledakan terjadi.

"Nah, Tonga ini yang mana? Tentu harus diteliti sama kita, dari produk abunya, dari produk materialnya seperti apa. Waktunya bersamaan atau tidak dengan datangnya tsunami ke garis pantai, dan lainnya".

"Saya sih ada posibility Tonga itu tidak seperti letusan Krakatau 1883 (disebabkan oleh ledakan vulkanik). Artinya, mungkin di-trigger (dipicu) oleh longsoran dulu, kemudian ada tsunami, letusan besar, dan ada tsunami lagi, begitu ya maka tsunaminya pun berkali-kali," tambahnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, kalau ada sebuah gunung api bawah laut, dan meletus besar seperti disebabkan oleh ledakan vulkanik, maka timing atau waktu datangnya tsunami ke garis pantai pasti jauh lebih cepat.

Namun, berbeda dengan kejadian tsunami yang diakibatkan oleh gunung api yang terjadi akibat longsor. Kemungkinan tsunami mencapai tepi pantai justru akan lebih lambat.

Mirzam melihat, kemungkinan yang kedua inilah yang terjadi di Tonga.

Karena diketahui bahwa ledakan Tonga terjadi secara tiba-tiba, tidak terdeteksi dengan alat pemantau pergerakan magma, dan potensi risiko tsunami masih sempat diberikan peringatan yang kemudian dicabut kembali pada Minggu sore(16/1/2022).

Setelah peringatan tsunami pasca letusan gunung berapi bawah laut di Tonga dicabut, masyarakat di sekitar Jepang yang berpotensi terdampak diberikan peirngatan akan adanya fluktuasi dari pasang surut air laut.

"Jadi itu (waktu tsunami tiba di garis pantai) adalah informasi sebenarnya, kapan sebenarnya dari fase tsunami itu terbentuk di tengah lautan di Tonga, dan sampai datang (di garis pantai) itu informasi awal, apakah mekanismenya itu longsoran dulu baru diikuti tsunami atau langsung letusan besar?" jelasnya.

Baca juga: BMKG Tegaskan Erupsi Gunung Api Bawah Laut di Tonga Tidak Berdampak Ke Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com