Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Malaria Jadi Kandidat Pengobatan Penyakit Langka Multiple Sclerosis

Kompas.com - 19/01/2022, 16:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Obat antimalaria hydroxychloroquine disebut peneliti sebagai salah satu kandidat potensial untuk pengobatan penyakit multiple sclerosis yang langka.

Dalam penelitian kecil dari University of Calgary, mayoritas pasien multiple sclerosis yang mengonsumsi obat hydroxychloroquine tidak menunjukkan gejala yang memburuk selama periode 18 bulan.

Dilansir dari Science Focus, Selasa (18/1/2022) peneliti utama studi dari Department of Clinical Neurosciences di University of Calgary Dr Marcus Koch mengatakan, timnya telah bekerja sama dengan institusi lain untuk mencari sejumlah obat generik selama beberapa tahun belakangan.

Para peneliti sudah mengamati 35 pasien multiple sclerosis selama 18 bulan, antara November 2016 hingga Juni 2018 dengan meresepkan mereka dua dosis obat hydroxychloroquine per hari.

Baca juga: Mengenal Apretude, Obat Suntik Pencegahan HIV Pertama yang Peroleh Izin FDA

Kemudian, setelah 18 bulan, dilihat dari data peneliti memperkirakan setidaknya 40 persen pasien mengalami gejala yang memburuk. Akan tetapi, hanya delapan orang yang dilaporkan mengalami kondisi tersebut.

Akhirnya, mereka berasumsi bahwa obat malaria hydroxychloroquine berpotensi menjadi obat bagi penyakit autoimun multiple sclerosis.

"Percobaan kami adalah keberhasilan awal yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kami berharap berbagi hasil ini akan membantu mengembangkannya, khususnya uji klinis skala besar di masa depan,” kata Koch.

Sebelumnya, hydroxychloroquine juga mulai dikenal di tahun 2020 sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19, pasca Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakannya sebagai penangkal virus corona.

Namun, studi baru-baru ini yang belum ditinjau oleh sejawat tidak menemukan bukti bahwa obat tersebut adalah pengobatan yang efektif untuk Covid-19. Sehingga, keamanan dari obat hydroxychloroquine untuk pasien Covid-19 pun dipertanyakan.

Untuk diketahui, multiple sclerosis adalah penyakit autoimun yang memengaruhi fungsi otak dan sumsum tulang belakang.

Pada kondisi tersebut, sel imun yang seharusnya berfungsi melindungi tubuh dari paparan virus atau bakteri pembawa penyakit justru menyerang dan merusak sel-sel di dalam tubuhnya sendiri.

Biasanya, penderita multiple sclerosis sering mengalami masalah pada fungsi penglihatan, keseimbangan, koordinasi, dan sulit untuk berjalan.

Hingga saat ini, penyebab dari penyakit langka tersebut tidak diketahui secara pasti. Selain itu, obat khusus untuk multiple sclerosis juga masih belum ditemukan.

Baca juga: Apa Itu Penyakit Multiple Sclerosis?

 

Pengobatan yang paling umum adalah dengan metode perawatan, sehingga dapat memperlambat perkembangan penyakit tersebut. Dalam hal ini, terapi dapat memperlambat penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan.

dijelaskan Koch, berdasarkan data satu dari 10 pasien memiliki multiple sclerosis progresif primer. Berlainan dengan multiple sclerosis yang biasanya, jenis penyakit ini cukup jarang ditemui dan umumnya diderita oleh mereka yang berusia 40 tahun.

Di samping itu, penyakit multiple sclerosis progresif akan terus berkembang dengan tingkat yang beragam, serta memiliki masa kambuh yang tidak jelas.

“Dengan multiple sclerosis progresif primer, tidak ada pengobatan yang optimal untuk menghentikan atau membalikkan perkembangan penyakit. Kerusakan (akibat penyakit ini) semakin memburuk dari waktu ke waktu,” ungkap Koch.

Baca juga: Hewan Tembiluk, Cacing Papua yang Dipercayai Menjadi Obat Malaria

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com