Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Ungkap Hasil Riset Vaksin Booster Sinovac dan Moderna, Seperti Apa?

Kompas.com - 17/01/2022, 07:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah melakukan penelitian guna menguji efektivitas beberapa jenis vaksin Covid-19 untuk booster. Pengujian ini dilakukan untuk mengecek titer antibodi setelah vaksin booster atau dosis ketiga diberikan.

Vaksin yang digunakan peneliti di antaranya vaksin homolog Coronavac produksi Sinovac, dan vaksin heterolog mRNA yang diproduksi Moderna.

Tim peneliti dari Kemenkes melakukan riset terhadap orang yang sudah divaksinasi lengkap, dan belum pernah terpapar Covid-19.

Senior Manager Strategic Delivery Unit Kemenkes, Ririn Ramadhany menjelaskan bahwa pemberian vaksin heterolog dan homolog mampu meningkatkan titer antibodi seseorang.

Baca juga: 4 Jenis Vaksin Booster untuk Penerima Dosis Lengkap Sinovac, Apa Saja?

"Kami menemukan bahwa booster homolog dan heterolog berhasil meningkatkan titer antibodi," ujar Ririn dalam webinar, Minggu (16/1/2022).

Pemberian booster heterolog, yaitu pemberian vaksin Moderna pada penerima vaksin primer Sinovac tampaknya dapat meningkatkan titer antibodi hingga 67 kali lipat.

Sedangkan, booster homolog yang diberikan kepada penerima vaksin primer dengan jenis yang sama yaitu vaksin Sinovac meningkatkan titer antibodi sebanyak 7-8 kali lipat saja.

Ririn mengatakan, penelitian ini juga dilakukan terhadap orang berusia di atas 60 tahun. Dia menambahkan, baik vaksin booster Sinovac ataupun vaksin Moderna berhasil meningkatkan antibodi pada orang berusia di atas 60 tahun.

"Tidak ada perbedaan signifikan dari segi titer antibodi antara kelompok usia. Walaupun memang cenderung lebih rendah untuk kalangan lansia atau mereka yang berusia di atas 60 tahun," ungkapnya.

Di sisi lain, Kemenkes juga telah melakukan penelitian pada tingkat keamanan vaksin booster Sinovac dan vaksin Moderna.

Hasilnya adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada orang yang diberikan vaksin dosis ketiga cenderung rendah atau bahkan tidak ada sama sekali.

"Kami menemukan tidak ada reaksi merugikan yang signifikan bagi vaksin homolog maupun heterolog. Untuk Sinovac, reaksi merugikan (KIPI) cenderung rendah. Biasanya mereka mengalami sakit di lokasi penyuntikan," katanya.

Baca juga: Daftar Kombinasi Vaksin Primer dan Jenis Booster yang Bisa Didapatkan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com