KOMPAS.com - Perusahaan dari vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, dan Johnson & Johnson mengungkapkan bahwa mereka tengah mengembangkan vaksin Omicron.
Nantinya, vaksin khusus Omicron ini akan diberikan sebagai vaksin booster di tengah melonjaknya kasus infeksi Covid-19 di seluruh dunia.
Kini, Pfizer berencana untuk menguji booster vaksin khusus khusus Omicron pada manusia di bulan ini. Apabila berhasil, rencananya vaksin tersebut akan siap pada bulan Maret mendatang.
Melansir NBC News, Selasa (11/1/2022) CEO Moderna Stéphane Bancel mengatakan, bahwa vaksin Omicron harus masuk ke uji klinis sesegera mungkin.
Baca juga: BPOM Setujui 5 Vaksin Booster, Bagaimana Efektivitas dan Imunogenisitasnya?
Dia menambahkan, perusahaannya sedang berdiskusi dengan para pemimpin kesehatan masyarakat dari seluruh dunia, terkait strategi terbaik untuk mendistribusikan dosis keempat vaksin potensial ini.
"Kami percaya (vaksin) itu akan mengandung mRNA Omicron," ujar Bancel.
Sementara itu, juru bicara Johnson & Johnson, Jake Sargent mengatakan pihaknya tidak memperbarui vaksin yang telah tersedia saat ini. Sebaliknya, mereka sedang mengejar target untuk menyelesaikan vaksin khusus varian Omicron dan akan menyediakannya sesuai dengan kebutuhan.
Kendati begitu, para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa saat ini masih belum jelas apakah suntikan vaksin khusus Omicron benar-benar dibutuhkan.
"Infeksi Omicron di luar negeri telah meningkat dan kemudian kembali turun dengan sangat cepat," ungkap John Moore, profesor mikrobiologi dan imunologi dari Weill Cornell Medical College.
"Di Amerika Serikat, lonjakan besar saat ini kemungkinan akan berakhir sekitar bulan Februari. Dan omicron sangat berbeda sehingga booster khusus untuk varian itu tidak akan bekerja dengan baik terhadap varian yang pernah kita miliki," lanjutnya.
Hal ini pun diamini oleh ahli dari Pusat Pengembangan Vaksin di Rumah Sakit Anak Texas, Dr Peter Hotez.
Hotez mengatakan, dunia mungkin akan melawan varian baru di masa yang akan datang, artinya vaksin khusus Omicron tidak terlalu dibutuhkan.
Dia dan timnya telah mengembangkan vaksin berbiaya rendah, yang diberi nama Corbevax dan sudah dikeluarkan izin penggunaan daruratnya (EUA) di India.
"Menurut saya, dibandingkan fokus pada booster khusus (Omicron), ada kebutuhan untuk meningkatkan teknologi mRNA agar (efektivitas vaksin) lebih tahan lama. Penurunan efektivitas Pfizer-BioNTech hanya tahan beberapa bulan, ini menciptakan tantangan baru," paparnya.
Baca juga: Puncak Kasus Infeksi Omicron di Indonesia Diprediksi pada Februari-Maret