Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Omicron Melonjak di Banyak Negara, WHO Peringatkan Fasilitas Kesehatan Bisa Kolaps

Kompas.com - 29/12/2021, 16:32 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Kasus Omicron di banyak negara di dunia melonjak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron ini dapat menyebabkan fasilitas kesehatan kewalahan.

Meskipun laporan awal menyebut varian Omicron hanya menyebabkan penyakit yang ringan, tetapi varian virus baru ini sangat mudah menular. WHO menegaskan agar masyarakat tidak terlena dengan temuan tersebut.

Dilansir dari The Guardian, Rabu (29/12/2021) Manajer Insiden Covid WHO Eropa, Catherine Smallwood mengatakan perkembangan virus Omicron yang cepat ini tetap akan meningkatkan kasus rawat inap di rumah sakit.

"Terutama di antara kelompok yang tidak divaksinasi, dan akan menyebabkan gangguan besar pada sistem kesehatan serta layanan penting lainnya," ujar Smallwood.

Pasalnya, varian Omicron mendorong lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara di Eropa.

Baca juga: Omicron Masih Mengintai, WHO Ingatkan Masyarakat Dunia untuk Tidak Berkumpul Saat Libur Natal dan Tahun Baru

 

Belanda dan Swiss melaporkan bahwa varian Omicron sekarang telah menjadi strain dominan di negara mereka dibandingkan varian Delta, dan memicu lonjakan kasus Covid-19 di kedua negara itu.

Sejauh ini, Inggris mencatat rekor terbaru dengan hampir 130.000 kasus sehari, sedangkan Portugal melaporkan 18.000 kasus.

Sementara, Perancis mencatat 180.000 kasus dalam waktu 24 jam, dan Yunani melaporkan rekor harian baru 21.657 kasus terkait dengan peningkatan kasus varian Omicron.

Di sisi lain, WHO menyoroti penurunan kasus sebanyak 29 persen di Afrika Selatan, negara yang pertama kali mengidentifikasikan varian Omicron pada 24 November 2021 lalu.

Data awal mencatat adanya penurunan kasus rawat inap akibat varian Omicron di Inggris, Afrika Selatan dan Denmark yang saat ini memiliki tingkat infeksi tertinggi di dunia.

Akan tetapi, data yang lebih lengkap diperlukan untuk memahami dampak lonjakan kasus Covid varian Omicron pada fasilitas kesehatan, termasuk penggunaan oksigen, ventilasi mekanik, dan risiko kematian.

Baca juga: WHO: Varian Omicron Dilaporkan Sudah Menyebar di 77 Negara

 

MRT Singapura melintas di distrik Bukit Batok, Singapura Barat, Jumat sore (03/12/2021). Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengumumkan Senin (27/12/2021) sejauh ini dari 647 kasus, belum ada kasus Covid-19 varian Omicron yang bergejala parah.KOMPAS.com/ERICSSEN MRT Singapura melintas di distrik Bukit Batok, Singapura Barat, Jumat sore (03/12/2021). Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengumumkan Senin (27/12/2021) sejauh ini dari 647 kasus, belum ada kasus Covid-19 varian Omicron yang bergejala parah.

Selain itu, informasi terkait tingkat keparahan penyakit yang mungkin dipengaruhi infeksi Covid sebelumnya, atau vaksinasi masih sangat dibutuhkan.

Kebijakan negara kendalikan kasus Omicron

Meningkatkan kasus Covid-19 membuat seluruh negara di dunia sulit untuk menentukan antara melakukan pengetatan pembatasan yang berpengaruh terhadap sistem ekonomi dan mengendalikan penyebaran virus.

Kini, Prancis telah memerintahkan semua perusahaan agar karyawannya dapat bekerja dari rumah (WFH).

Selain itu, Jerman juga telah melakukan pembatasan menuju periode tahun baru dengan menutup klub malam serta tidak mengadakan kompetisi olahraga.

Finlandia juga akan melarang turis asing yang belum divaksinasi masuk ke negaranya. Sementara penduduk asli ataupun diplomat akan dikecualikan.

Baca juga: Kasus Omicron Transmisi Lokal di Jakarta, Datang dari Medan dan Tak Ada Riwayat ke Luar Negeri

Di sisi lain, Swedia juga mulai mewajibkan tes negatif Covid-19 untuk turis non-penduduk, begitu pula dengan Denmark.

Selain karena penduduk yang tidak divaksinasi, dan kurangnya tes Covid-19, lonjakan kasus di Amerika Serikat juga disebabkan varian Omicron.

Presiden Joe Biden mengatakan, beberapa rumah sakit AS mungkin akan 'diserbu' tetapi dia menyebut negara itu secara umum sudah siap.

"Omicron adalah sumber kekhawatiran, tetapi seharusnya tidak menjadi sumber kepanikan," ungkap Biden.

Sementara itu, sebagai upaya untuk mencegah kekurangan tenaga kerja selama lonjakan kasus, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memangkas periode isolasi mandiri untuk kasus orang tanpa gejala dari 10 hari menjadi lima hari.

Baca juga: Kasus Infeksi Lokal Omicron di Jakarta, Epidemiolog Jelaskan Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com