Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Pertama Akibat Omicron, Epidemiolog: Kasus Serupa Akan Terjadi

Kompas.com - 14/12/2021, 16:02 WIB
Zintan Prihatini,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Inggris melaporkan satu orang telah meninggal dunia akibat tertular varian Omicron. Hal ini diungkapkan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, di hari Senin (13/12/2021).

Kasus tersebut merupakan kematian pertama akibat varian Omicron yang dikonfirmasi ke publik secara global dari varian virus baru itu.

"Sayangnya, setidaknya satu pasien kini telah dipastikan meninggal akibat (varian) Omicron," ujar Johnson.

"Jadi, saya rasa anggapan bahwa ini (varian Omicron) merupakan versi virus yang lebih ringan, saya pikir itu adalah sesuatu yang perlu kita singkirkan, dan kita hanya perlu mengetahui kecepatan penyebarannya melalui populasi," lanjutnya.

Baca juga: Gejala Omicron Mirip Pilek, Ini Tanda Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Dilansir dari Reuters, Senin (13/12/2021) hingga saat ini pemerintah Inggris tidak memberikan rincian tentang kasus kematian pasien yang telah tertular varian virus B.1.1.529 atau Omicron selain orang tersebut berada di rumah sakit.

Pejabat kesehatan juga tidak menginformasikan detail kondisi seperti apakah pasien sudah divaksinasi Covid-19 atau memiliki penyakit penyerta.

Tanggapan epidemiolog

Menanggapi ditemukannya kasus kematian pertama akibat varian Omicron di Inggris, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman angkat bicara.

"Saat ini kita belum mengetahui status, usia (pasien di Inggris) secara detail tapi setidaknya secara umum sudah menujukkan bahwa kita akan mulai melihat kasus kematian," ungkap Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/12/2021).

"Kasus perawatan akan lebih banyak, dan ini hal yang lazim karena sudah mendekati satu bulan dari sejak di UK (varian Omicron diidentifikasi), mungkin kurang lebih tiga mingguan, karena kematian adalah indikator akhir," ujarnya.

Lebih lanjut, dia berkata bahwa munculnya kasus kematian akibat varian Omicron ini mengingatkan kita untuk tidak terlena dengan kalimat-kalimat seperti "gejala lebih ringan" ataupun "gejala yang sedang".

Sebab, menurut dia yang seharusnya menjadi perhatian adalah varian virus baru yang mudah menyebar.

Baca juga: Perlu 3 Dosis Vaksin untuk Lindungi Diri dari Varian Omicron

"Di sisi lain, kita harus melihat seberapa banyak populasi rawan di satu wilayah negara. Semakin banyak, maka dampaknya juga akan semakin besar. Meskipun tidak menyebabkan keparahan dan kematian yang lebih tinggi tapi kalau lebih cepat menular, sekali lagi akan menimbulkan banyak kematian dan banyak pasien yang dirawat di rumah sakit," tegasnya. 

Kemudian, Dicky menyebutkan bahwa meski mayoritas kasus ringan karena pasien berusia muda maupun telah mendapatkan vaksinasi, potensi kerawanan parah dapat terjadi pada lansia dan pasien dengan penyakit penyerta yang belum divaksinasi lengkap atau mendapatkan vaksin booster

"Kita akan bisa melihat ke depan proyeksinya akan lebih banyak kematian karena dengan kecepatan (varian virus) yang menular ini dan ditambah populasi usia tua di negara maju seperti Inggris yang tinggi," imbuh Dicky.

Menurut dia, adanya penurunan proteksi imunitas dari vaksin Covid-19 setelah sekitar lima bulan untuk lansia menjadikan vaksin dosis ketiga sangat penting bagi negara-negara dengan populasi lansia yang tinggi. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com