Subtipe berikutnya adalah karsinoma sel skuamosa yang dimulai dari sel-sel skuamosa yang merupakan sel datar di dalam saluran udara paru.
Penderita subtipe ini sangat erat kaitannya dengan kebiasaan merokok, dan cenderung ditemukan di bagian tengah paru di dekat saluran bronkus.
Sedangkan, subtipe sel besar karsinoma dapat ditemukan di bagian manapun di paru dan cenderung tumbuh dan berkembang dengan cepat, sehingga lebih sulit untuk diobati.
Baca juga: Kanker Paru Penyebab Kematian Nomor 1 di Indonesia, Ini 3 Rekomendasi IPKP untuk Penanganannya
Ada satu subtipe sel besar karsinoma yang dikenal dengan sel besar karsinoma neuroendokrin, yang merupakan kanker yang tumbuh pesat dan serupa dengan kanker paru sel kecil.
Sementara itu, reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) merupakan protein pada sel yang membantu pertumbuhannya.
Sebuah mutasi pada gen EGFR akan menyebabkannya tumbuh berlebihan, sehingga menyebabkan kanker.
Jika EGFR negatif, artinya sel tumor pada kanker paru tidak memiliki mutasi EGFR.
Ralph mengatakan, gejala pada kanker paru NSCLC maupun jenis kanker paru lainnya seringkali tidak nampak pada stadium awal.
Hal ini dikarenakan, seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti tuberkulosis (TBC) atau sebagai dampak dari kebiasaan merokok jangka panjang.
Namun perlu diwaspadai jika seseorang merasakan beberapa gejala seperti berikut.
- Merasa letih, lesu
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
- Kondisi batuk yang semakin parah
- Dahak berdarah
- Suara serak
- Nafas pendek
- Dengan infeksi paru yang berulang disertaki demam
- Nyeri pada area dada
- Nafsu makan hilang
Disampaikan Ralph, karena kebanyakan pasien datang dengan kanker paru pada stadium lanjut, perlu diketahui faktor risiko kanker paru.
Merokok merupakan faktor risiko pertama kanker paru bersanding dengan jumlah rokok dan berapa lama kebiasan itu dilakukan.
"Perokok pasif termasuk yang terkena risiko," kata dia.
Paparan karsinogen atau zat kimia penyebab kanker seperti radon, asbestos, residu gas batu bara, arsenik, juga merupakan faktor risiko kanker paru.
Selain itu, kanker paru juga lebih banyak ditemukan pada mereka yang diatas usia 40 tahun.
“Bagi mereka diatas usia 55 tahun yang sering terpapar dengan faktor risiko tersebut, deteksi dini kanker paru dapat dilakukan dengan skrining tahunan melalui tes pencitraan," ujarnya.
Faktor keturunan juga merupakan faktor risiko penyakit kanker paru berikutnya. Sehingga, jika ada anggota keluarga, baik itu orang tua, kakek-nenek, paman, bibi, dan lainnya yang pernah menderita penyakit kanker paru, maka Anda juga harus segera melakukan deteksi dini dan mencurigai berbagai gejala yang ada.
"Jika diduga terdapat kanker paru, akan dilakukan scan CT, PET atau MRI, kemudian pengujian lendir, dan pengujian yang lebih lanjut lainnya,” jelas Ralph.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Perokok Pasif Juga Berisiko Terkena Kanker Paru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.