Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Picky Eater

Kompas.com - 05/09/2021, 20:29 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Baru Jadi Ortu

Waswas soal tumbuh kembang si kecil?

Sigap konsultasi ke dokter anak via Kompas.com

KOMPAS.com - Kebiasaan suka pilih-pilih makanan tentu saja bisa membuat anak jadi kekurangan nutrisi tertentu. Saat menghadapi masalah tersebut, orangtua terkadang panik karena anak terkesan tidak mau makan.

Namun sebenarnya, orangtua tidak perlu frustrasi menghadapi situasi tersebut. Ada siasat jitu menghadapi situasi tersebut.

Menurut Dokter Spesialis Anak Dr. dr. Matheus Tatang Puspanjono, Sp.A, M.Klinik Ped, picky eating atau hanya mau makanan tertentu merupakan proses normal yang sering terjadi pada balita dan tidak akan berlangsung lama.

Baca juga: Mengapa Anak Susah Makan?

Susah makan (picky eater) adalah perilaku anak menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah atau wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan, hingga sampai terserap di pencernaan secara baik, tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

“Biasanya, orangtua dihadapkan dengan anak yang picky eater saat usia si kecil 1-3 tahun,” kata dr. Tatang yang praktik di RS Pondok Indah kepada Kompas.com.

Lebih lanjut dr. Tatang menjelaskan, ada beberapa kondisi yang tampak saat anak memiliki karakter picky eater. Antara lain sebagai berikut:

- Sensory-dependent eaters: tidak menyentuh makanan yang teksturnya tidak sesuai dengan yang ia sukai atau yang biasa ia makan. Mereka juga tidak mau mengonsumsi makanan yang baunya terlalu tajam atau aneh.

- Preferential eaters: anak makin sulit makan saat orang tua menyajikan tambahan baru dalam makanan kesukaannya.

- General perfectionists: hanya mau makan jika tampilan makanan di piringnya sempurna. Misalnya, susunan makanan tidak berantakan, tidak diaduk, atau tidak disentuh dengan tangan.

- Behavioral responders: misalnya anak ingin letak nasi di piringnya ada di tengah, sayur dipisah, hanya ingin makan telur bagian kuningnya saja, dan lain-lain.

Selain itu, ada banyak faktor yang menyebabkan anak pilih-pilih pada makanan.

Faktor-faktor ini memiliki interaksi yang dinamis satu sama lainnya, yaitu penyakit pada anak, seperti gangguan saluran pencernaan yang dapat dialami yaitu alergi makanan, celiac, refluks, kolik, pancreatic insufficiency, diare, hepatitis, sirosis, sariawan, bibir sumbing, dan sebagainya.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori “gut brain axis”.

Dikatakan dr. Tatang, teori gut brain axis menunjukkan, bahwa apabila terdapat gangguan saluran cerna, maka dapat memengaruhi fungsi susunan saraf pusat atau otak.

“Salah satu manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar mulut. Selain itu ada faktor psikologis, seperti pengaruh lingkungan terutama orangtua, salah satunya dapat membentuk perilaku makan pada anak,” jelasnya.

Baca juga: Mengapa Banyak Anak yang Tak Suka Makan Sayur? Ini Penjelasan Dokter

 

.SHUTTERSTOCK .
Pada tahapan ini anak juga memiliki rasa ingin tahu yang begitu tinggi. Mereka tertarik dengan banyak hal dan merasa harus memenuhi rasa ingin tahunya.

Tanda-tanda lain jika si kecil picky eater biasanya juga meliputi:

- Sulit mengunyah dan menelan makanan

- Hanya bisa mengonsumsi makanan lunak atau cair

- Menyemburkan atau melepeh makanan yang sudah masuk mulut

- Saat waktunya makan, anak menutup mulutnya rapat-rapat

- Jika anak dipaksa mengunyah makanan, ia bisa mengamuk

- Makanan yang diberikan atau disuapkan ke mulutnya ditepis

- Makanan dibiarkan masuk ke mulut, tetapi lalu dimuntahkan

- Hanya mau makan makanan yang ia sukai

Baca juga: Baby Led Weaning atau Suapi Anak Saat MPASI, Mana Lebih Baik? Ini Kata Dokter

Cara mengatasi anak picky eater

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan saat menghadapi anak yang sulit makan:

1. Menghidangkan menu yang bervariasi. Hal ini dilakukan agar anak bisa memilih makanan yang disukainy, sehingga anak tidak jenuh.

2. Mengurangi kudapan di antara jam makan. Pada anak picky eater, porsi camilan sebaiknya dikurangi, termasuk pemberian susu. Hal ini dilakukan, agar nafsu makan anak tetap terjaga.

3. Mempercantik tampilan makanan. Kebanyakan anak batita belajar untuk mengenali makanan yang disukai melalui penglihatannya. Anak dapat menolak biskuit, karena bentuknya tidak seperti yang lainnya.

4. Memperhatikan kondisi psikologis anak. Membuat kondisi psikologis anak menjadi baik dapat meningkatkan nafsu makannya.

5. Membiarkan anak makan sendiri. Hal ini dilakukan agar anak dapat bereksplorasi terhadap makanannya, selain itu mengasah kemandirian dan kemampuan motoriknya.

6. Tidak mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai keinginannya, karena mungkin saja ketidaksukaannya disebabkan keinginan menentang dominasi orangtua.

“Menanamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah suatu tugas, dengan tidak memuji jika makanan dihabiskan, dan juga tidak memarahi, mengancam, membujuk, menghukum, atau memberi label anak sebagai anak nakal jika makanannya tidak dihabiskan atau tidak mau makan,” ujar dr. Tatang.

Baca juga: 7 Camilan Sehat untuk Anak, Bantu Tumbuh Kembang Si Kecil

Selain keenam hal di atas, dr. Tatang juga merekomendasikan peraturan makan dalam membina pola makan anak, sebagai berikut:

1. Jangan memberikan camilan atau susu 1-1,5 jam sebelum waktu makan, di mana susu dibatasi hanya 2-3 gelas sehari.

2. Penjadwalan makan yang baik dan teratur waktu makan tidak lebih dari 30 menit.

3. Tidak menawarkan makanan lain selain menu yang disajikan kecuali air.

4. Sebaiknya duduk di kursi dan tidak bermain ketika makan.

5. Penyajian dalam porsi kecil dan jangan terlalu sering minum.

6. Hentikan proses makan jika dalam 10-15 menit anak hanya bermain dan bila mereka marah sambil melempar menu yang disajikan.

7. Jangan membersihkan mulut anak kecuali bila proses makan telah selesai.

8. Biasakan anak menyantap makanan sendiri sedini mungkin.

Menurut dr. Tatang, interaksi yang positif antara orangtua dan anak sangat penting. Diharapkan hal itu dapat membantu anak membentuk perilaku yang baik.

“Hubungan keluarga yang baik, yaitu minim konflik, eratnya hubungan antar anggota keluarga, dan membiarkan anaknya menjadi mandiri, menjadi cara yang lebih efektif dalam menangani permasalahan makan daripada dengan memberikan makanan kesukaan sebagai hadiah,” pungkasnya.

Baca juga: Apa Efeknya jika Anak Sering Dimarahi? Begini Kata Dokter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com