Oleh: Dr Andy Ahmad Zaelany
Ketika manusia berhadapan dengan kedahsyatan alam semesta maupun berhadapan dengan teknologi yang sangat maju, maka respons pertama yang muncul adalah rasa psychic unsecure (Yuniar, 2020), yakni rendah diri yang menumbuhkan rasa cemas akan bencana yang mungkin ditimbulkan dari alam yang mahadahsyat maupun dari teknologi yang tidak dipahaminya.
Kabarnya, bermula dari perasaan seperti itu manusia mengembangkan berbagai religi atau agama.
Ekspresi dari rasa psychic unsecure seringkali tidak tunggal.
Manusia mungkin akan menunjukkan sikap rasa diri yang kecil, dibandingkan kekuatan alam dan keampuhan teknologi.
Baca juga: 12 Cara Pencegahan Covid-19, Strategi Sederhana Lindungi Diri dari Virus
Ekspresi lain, mungkin juga orang akan menihilkan atau penuh prasangka terhadap kedua hal tersebut.
Satu setengah tahun ini kehidupan kita dipenuhi dengan masalah pandemi Covid-19.
Keberadaan virus Corona bagi sebagian orang sungguh membuat cemas dan telah merenggut banyak nyawa.
Teknologi medis seperti vaksin yang diharapkan akan menjadi penangkal ampuh dihadapi oleh sebagian orang dengan prasangka, di antaranya “konspirasi” maupun “komersialisasi”.
Sebenarnya Januari 2020 publik mulai berbicara tentang kemungkinan virus corona sudah masuk ke Indonesia.
Namun, entah kenapa banyak orang yang tidak percaya virus corona bisa masuk ke Indonesia.
Pengingkaran paling awal terhadap Covid-19 ini, disertai dengan berbagai pernyataan yang menunjukkan pengetahuan yang minimal tentang virus tersebut di berbagai lapisan masyarakat, termasuk di kalangan akademisinya.
Proses labeling dalam menerima serbuan virus corona terjadi dan dalam banyak versi, diantaranya virus corona akan mati bila memasuki daerah tropis, tentara Allah untuk menghukum manusia, konspirasi, sejenis penyakit sesak napas, dan lain-lain.
Ini menandakan, minimalnya pengetahuan yang dimiliki berbagai lapisan masyarakat tentang Covid-19.
Pengingkaran tentang keberadaan virus corona sebagaimana yang terjadi di Madura belakangan ini, telah menimbulkan lonjakan angka kematian maupun angka kasus positif Covid-19.
Begitu juga hari-hari libur yang diisi dengan berdarmawisata dengan kurang mengindahkan protokol kesehatan, seringkali selalu disertai dengan lonjakan infeksi Covid-19.
Baca juga: Epidemiolog: Indonesia Bisa Jadi Negara Terakhir yang Keluar dari Krisis Covid-19