Vaksin sebagai teknologi medis, sebenarnya bukan barang baru bagi masyarakat Indonesia.
Sedari kecil orang Indonesia telah diperkenalkan dengan berbagai jenis vaksin.
Bahkan, ketika mau menjalankan ibadah haji ke Mekah kita ditawarkan untuk menerima vaksinasi Meningitis sebagai syarat utamanya.
Vaksin Flu juga ditawarkan untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh dalam menjalankan ritual-ritual haji.
Baca juga: 5 Alasan Efek Samping Vaksin Covid-19 Lebih Sering Muncul pada Wanita ketimbang Pria
Entah kenapa, Vaksin Covid-19 dihadapi sebagian masyarakat Indonesia dengan berbagai sikap prejudice (prasangka).
Kabarnya di dalam vaksin tersebut ada chip yang ikut masuk ke dalam tubuh kita ketika vaksin disuntikkan.
Chip tersebut kabarnya bisa melacak keberadaan kita setiap saat.
Konon penerima vaksin tersebut akan mati dalam beberapa tahun ke depan.
Ada juga isu vaksin yang diberikan untuk para pejabat berbeda dengan yang diberikan kepada masyarakat umum.
Selain itu, kabarnya ada kasus orang yang divaksin, akan mengalami berbagai gejala sakit seperti demam, pusing, muntah, bahkan kabarnya ada yang mati, entah karena disebabkan oleh vaksin ataukah karena komorbid.
Sikap prasangka seperti itu yang juga didorong oleh hoaks, merupakan pengingkaran terhadap manfaat vaksin telah merebak luas di kalangan masyarakat.
Terlihat adanya jarak ontologis antara realita yang dialami dengan realita yang dipahami (didengar, dibaca) tentang masalah Covid-19 dan vaksin (Kobi, 2021).
Isu tentang ada tidaknya virus corona, serta apakah benar berbahaya dan mematikan, menjadi realita yang meragukan sebagian masyarakat.
Tambahan pula, hoaks atau berita-berita yang tidak benar atau hanya perkiraan penulisnya banyak menghiasi media sosial dan membuat rancu pemahaman masysrakat luas.
Adanya jarak ontologis dan bertumpuknya hoax di media sosial telah menyulitkan terbentuk common understanding (Zaelany, 2007) tentang corona virus dalam masyarakat.
Namun demikian, isu virus corona menimbulkan kecemasan yang berlebihan di tengah-tengah masyarakat.
Setelah berbulan-bulan memunculkan kejenuhan, kemudian perilaku sebaliknya yang muncul, yaitu enggan mematuhi prosedur kesehatan.
Baca juga: Efek Terinfeksi Covid-19 Tak Sebanding dengan Efek Vaksinasi, Ahli Imbau Jangan Tunda Vaksin