Walau jarang, memang ada kondisi-kondisi tertentu bayi secara medis membutuhkan makanan pralaktasi. Misalnya ibu sakit berat atau menerima obat-obatan tertentu sehingga ia betul-betul tidak bisa menyusui bayinya sementara waktu dan tidak ada donor ASI yang aman.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa makanan pralaktasi yang diberikan hanya boleh berupa susu formula bayi yang disiapkan sesuai dengan standar kesehatan, bukan makanan lain.
Pada kondisi ini, penting bagi ibu untuk memperoleh informasi yang komprehensif dari tenaga kesehatan, pendampingan menyusui, serta bantuan untuk relaktasi. Relaktasi adalah proses kembali menyusui setelah sempat terhenti untuk beberapa saat.
Baca juga: Cegah Anemia Defisiensi Besi, Begini Cara Memenuhi Kebutuhan Zat Besi pada Bayi ASI Eksklusif
Jika relaktasi berhasil, ibu dapat kembali menyusui secara ekslusif sampai bayi berusia enam bulan. Ibu tidak perlu berkecil hati selama bayi sehat dan mendapat makanan sesuai kebutuhan dan kondisinya.
Jika makanan pralaktasi di luar indikasi medis terlanjur diberikan, maka segera hentikan dan pantau tanda-tanda infeksi pada bayi seperti demam, muntah, dan diare. Periksakan kepada dokter jika ibu dan keluarga merasa khawatir.
Carilah pendampingan menyusui dan bantuan relaktasi oleh dokter, bidan, atau konselor laktasi untuk mendukung keberhasilan menyusui.
Artikel ini untuk memperingati Pekan Menyusui Sedunia, 1-7 Agustus.
Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Tiga alasan mengapa data COVID-19 di Indonesia tak dapat dipercaya dan bagaimana mengatasinya". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.