Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Gunakan Ular untuk Pantau Radiasi Radioaktif Fukushima

Kompas.com - 21/07/2021, 18:10 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sudah 10 tahun tragedi kecelakaan nuklir terbesar dalam sejarah memuntahkan radiasi radioaktif di Fukushima, Jepang. Untuk memantau radiasi ini, ilmuwan gunakan ular.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Georgia menunjukkan bahwa kontaminasi radioaktif di Zona Pengecualian Fukushima dapat diukur melalui ular penghuninya.

Dilansir dari Phys, Rabu (21/7/2021), dalam studi tersebut dilaporkan bahwa ular tikus adalah bioindikator yang efektif dari sisa radioaktivitas.

Seperti burung kenari di kawasan tambang batu bara. Untuk diketahui bahwa bioindikator adalah organisme yang dapat memberikan sinyal kesehatan ekosistem.

Di Jepang, ular tikus adalah spesies yang melimpah melakukan perjalanan jarak pendek dan dapat mengakumulasi radionuklida tingkat tinggi.

Baca juga: Anggur di California Terpapar Partikel Radioaktif Fukushima, Kok Bisa?

 

Menurut para ilmuwan, gerakan terbatas ular dan kontak dekat dengan tanah yang terkontaminasi adalah faktor kunci dalam kemampuan mereka untuk mencerminkan berbagai tingkat kontaminasi di zona radiasi radioaktif di Fukushima.

Studi pemantauan radiasi radioaktif di Fukushima dengan menggunakan ular, telah dipublikasikan para ilmuwan dalam jurnal Ichthyology & Herpetology baru-baru ini.

Hanna Gerke, alumni Laboratorium Ekologi Sungai Savannah UGA dan Warnell School of Forestry and Natural Resources, mengatakan ular yang dilacak bergerak rata-rata hanya 65 meter per hari.

"Hasil (pengamatan ular di kawasan radiasi nuklir Fukushima) kami menunjukkan bahwa perilaku hewan memiliki dampak besar pada paparan radiasi (radioaktif) dan akumulasi kontaminan," kata Gerke.

Baca juga: Radiasi Nuklir Chernobyl Naik 16 Kali dari Level Normal, Ini Sebabnya

Ilustrasi Tanda Radioaktif.Thinkstock Ilustrasi Tanda Radioaktif.

Ular jadi bioindikator yang baik

Lantas, mengapa ular dapat menjadi indikator yang baik dari kontaminasi radiasi radioaktif?

James C. Beasley, penasihat Gerke selama penelitian, mengatakan ular dapat berfungsi sebagai indikator kontaminasi lokal yang lebih baik di zona tersebut.

Jika dibandingkan dengan spesies yang lebih banyak bergerak seperti anjing rakun Asia Timur, babi hutan, dan burung penyanyi.

"Ular adalah indikator pencemaran lingkungan yang baik karena mereka menghabiskan banyak waktu di dalam dan di tanah," kata Beasley, profesor di SREL dan Warnell.

Baca juga: Paparan Radiasi Radioaktif di Serpong, Ini Komentar Pengamat Iklim

 

Beasley mengatakan bahwa ular memiliki wilayah jelajah yang kecil dan merupakan predator utama di sebagian besar ekosistem, dan kebanyakan ular merupakan spesies yang berumur panjang.

Tim mengidentifikasi 1.718 lokasi ular saat melacak mereka selama lebih dari sebulan di Dataran Tinggi Abukuma, sekitar 15 mil barat laut dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi.

Temuan makalah ini juga memperkuat penelitian tim sebelumnya yang diterbitkan pada tahun 2020, yang menunjukkan tingkat radiocesium pada ular memiliki korelasi tinggi dengan tingkat radiasi di tanah tempat ular ditangkap.

Gerke menambahkan bahwa dengan mempelajari bagaimana hewan tertentu menggunakan lanskap yang terkontaminasi dapat membantu meningkatkan pemahaman kita tentang dampak lingkungan dari kecelakaan nuklir besar seperti Fukushima dan Chernobyl.

Baca juga: Sisa Radioaktif Bom Nuklir Ditemukan di Palung Terdalam Lautan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com