Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara di Asia Beralih ke Vaksin Lain, Apa Efektivitas Sinovac dan Sinopharm Memudar?

Kompas.com - 20/07/2021, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Di seluruh Asia, vaksin buatan China telah memainkan peran penting dalam upaya imunisasi melawan Covid-19, di mana jutaan orang menerima suntikan Sinovac atau Sinopharm.

Namun dalam beberapa pekan terakhir, ada kekhawatiran yang berkembang perihal kemanjurannya.

Saat ini, beberapa negara Asia yang menjadikan vaksin buatan China sebagai komponen penting dalam program imunisasi telah mengumumkan akan menggunakan vaksin lainnya.

Langkah ini melahirkan pertanyaan, tak semata tentang apakah vaksin China dapat dipercaya, tetapi juga mengenai upaya diplomasi vaksin di Asia.

Baca juga: Benarkah Vaksin Menyebabkan Mutasi Virus Corona? Ini Kata Ahli

Apa yang terjadi di Thailand dan Indonesia?

Pekan lalu, Thailand mengumumkan akan mengubah kebijakan vaksinnya. Alih-alih menerima dua suntikan Sinovac, warganya kini akan mendapat campuran vaksin Sinovac dan AstraZeneca.

Para petugas kesehatan yang sudah divaksinasi lengkap dengan Sinovac juga akan mendapatkan suntikan berbeda sebagai suntikan booster.

Indonesia telah mengumumkan langkah serupa pada pekan sebelumnya, dengan mengatakan bahwa mereka memberikan suntikan booster Moderna kepada petugas kesehatan yang diimunisasi dengan Sinovac.

Keputusan itu menyusul laporan bahwa ratusan petugas kesehatan yang sudah divaksinasi lengkap tarpapar Covid-19, di mana beberapa di antara mereka meninggal.

Kedua negara, yang peluncuran program vaksinasinya berjalan lambat, telah berupaya sekuat tenaga melawan wabah baru.

Thailand melaporkan rekor tertinggi kasus infeksi dan kematian pada hari Minggu, sementara Indonesia - episentrum baru Covid-19 di Asia - mengalami kondisi di mana rumah sakit penuh sesak pasien corona dan kekurangan oksigen.

Kedua negara mengatakan mereka beralih ke vaksin lainnya untuk meningkatkan perlindungan, dan para pejabat Thailand mengutip hasil penelitian lokal yang menunjukkan pencampuran vaksin dapat meningkatkan kekebalan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno baru-baru ini juga mengatakan kepada BBC bahwa vaksin Sinovac cukup efektif.

 

"Namun dengan memilih untuk mengganti vaksin, pemerintah Thailand dan Indonesia pada dasarnya mengatakan bahwa mereka prihatin dengan kegagalan vaksin," kata Dale Fisher, yang mengepalai Global Outbreak Alert and Response Network, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun, dia juga memperingatkan bahwa tidak ada cukup informasi mengenai infeksi corona dan kasus kematian para petugas kesehatan, dan mendesak pihak berwenang melakukan penyelidikan menyeluruh.

Sinovac sejauh ini belum berkomentar.

Sejak saat itulah, Malaysia mengumumkan bahwa pihaknya beralih ke vaksin Pfizer setelah menyelesaikan pasokan Sinovac-nya.

Tetapi negara-negara lain seperti Filipina dan Kamboja terus menggunakan vaksin China.

Ilustrasi Vaksin SinovacSHUTTERSTOCK/Shan_shan Ilustrasi Vaksin Sinovac

Apakah vaksin China efektif?

Dalam uji klinis di seluruh dunia, vaksin berbasis virus yang dilemahkan seperti pada Sinovac dan Sinopharm telah terbukti efektif 50-79 persen dalam mencegah infeksi Covid yang bergejala.

Tetapi vaksin ini masih sangat efektif dalam pencegahan rawat inap atau kematian akibat Covid-19.

Penelitian menemukan suntikan Sinovac 100 persen efektif di Brasil dan 96-98 persen efektif di antara para pekerja medis Indonesia.

"Fakta bahwa masih banyak yang terpapar infeksi pada orang-orang yang sudah divaksinasi lengkap dapat disebabkan oleh sejumlah faktor," kata ahli epidemiologi Profesor Benjamin Cowling, dari Universitas Hong Kong.

Salah satunya adalah bahwa vaksin China, seperti banyak vaksin lainnya, dapat berkurang kemanjurannya seiring waktu.

Sebuah penelitian di Thailand yang dirilis pekan ini menemukan bahwa antibodi pada mereka yang divaksinasi secara penuh dengan Sinovac menurun setengahnya setiap 40 hari.

Lainnya adalah bahwa uji klinis memiliki kumpulan data yang lebih kecil dibandingkan dengan kasus-kasus infeksi yang nyata, terutama di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah infeksi harian hingga puluhan ribu.

Bisa juga lantaran kehadiran varian Delta yang lebih menular, yang telah terdeteksi pada 60 persen kasus baru-baru ini di Indonesia dan 26 persen kasus di ibu kota Thailand, Bangkok.

Belum ada data publik tentang kemanjuran vaksin China terhadap salah satu varian Covid.

Tetapi studi pendahuluan mengungkapkan bahwa vaksin dari virus yang dilemahkan, seperti Sinopharm dan Sinovac, dapat menawarkan perlindungan 20 persen lebih sedikit terhadap varian Delta daripada terhadap virus asli, menurut Prof Cowling.

"Tidak ada vaksin yang sepenuhnya efektif dalam mencegah infeksi Covid. Meski vaksin China tidak 100 persen efektif mencegah infeksi, itu masih menyelamatkan banyak nyawa," katanya.

Baca juga: Waspada Kemungkinan Munculnya Varian Baru Corona Asal Indonesia

Para ahli menekankan bahwa adanya ledakan infeksi Covid-19 tidak berarti vaksin tidak ada gunanya, karena imunisasi membantu menghentikan orang-orang dari sakit parah akibat Covid-19.

Juga belum ada laporan tentang ledakan kasus infeksi di China, di mana lebih dari 630 juta orang telah mendapat setidaknya satu suntikan vaksin China.

Tidak diketahui berapa banyak dari mereka yang divaksinasi lengkap.

Tetapi virus itu diperkirakan berhasil dikendalikan di China, yang melaporkan tingkat infeksi harian yang rendah dan sudah bergerak cepat untuk membasmi wabah di tingkat lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com