Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/07/2021, 19:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - China telah berhasil membasmi malaria dari wilayahnya. Hal tersebut ditandai dengan pemberikan sertifikasi resmi eliminasi malaria dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada China, Rabu (30/6/2021).

Momen ini pun menjadikan China sebagai negara pertama di wilayah Pasifik Barat yang memperoleh sertifikat tersebut dalam tiga dekade terakhir.

Ini bukan prestasi kecil. Mengutip IFL Science, Jumat (2/7/2021) pada tahun 1940-an, China melaporkan 30 juta kasus penyakit malaria setiap tahunnya.

Namun setelah kerja keras selama beberapa dekade, jumlah kasus pun akhirnya mencapai nol pada tahun 2017.

Baca juga: 4 Resep Obat Tradisional dari Pepaya, Atasi Demam hingga Malaria

Untuk mendapatkan sertifikat itu, suatu negara harus menunjukkan bukti kuat bahwa rantai penularan malaria dari nyamuk Anopheles, telah terputus secara nasional setidaknya selama tiga tahun berturut-turut

China mengajukan sertifikasi resmi WHO untuk eliminasi malaria pada tahun 2020 setelah melaporkan empat tahun berutur-turut nol kasus.

Upaya untuk mengusir malaria dari China dimulai pada 1950-an ketika otoritas kesehatan mulai menyediakan obat-obatan antimalaria, serta mengendalikan tempat kembang biak nyamuk.

Untuk menghalau malaria, sebuah proyek militer rahasia bernama Proyek 523 bahkan juga dibentuk untuk menemukan obat antimalaria.

Salah satu keberhasilan terbesar dari proyek tersebut adalah pekerjaan yang dipimpin oleh ahli kimia farmasi Tu YouYou. Ia menyaring obat-obatan tradisional China untuk mencari sifat antimalaria.

Akhirnya saat mempelajari Artemisia annua, atau sweet wormwood, ia berhasil mengekstrak zat yang disebut artemisinin yang menghambat parasit malaria.

Hal ini menyebabkan terciptanya kelas obat antimalaria baru yang disebut artemisinin.

Puluhan tahun kemudian, prestasi ini membuat YouYou memenangkan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran 2015 bersama dengan William C Campbell dan Satoshi mura.

Baca juga: Harapan Baru Perangi Malaria, Ilmuwan Bakal Gunakan Racun Siput Laut

Sepanjang tahun 1980-an, China adalah salah satu dari sedikit negara yang mempelopori penggunaan kelambu malaria.

Pada akhir tahun 1990, jumlah kasus malaria di China turun drastis menjadi 117.000 dan kematian berkurang hingga 95 persen.

Dorongan lain datang pada tahun 2003, ketika China menerima dukungan dari Global Fund untuk memerangi AIDS, tuberkulosis, dan malaria, yang menghasilkan pelatihan, staf, peralatan laboratorium, obat-obatan, dan pengendalian nyamuk yang lebih baik.

China adalah negara ke-40 di dunia yang mendapatkan sertifikasi bebas malaria dari WHO.

Negara lain yang baru saja mendapatkan sertifikat tersebut antara lain El Salvador (2021), Aljazair (2019), Argentina (2019), Paraguay (2018), dan Uzbekistan (2018).

Namun, China tidak boleh berpuas diri, karena masih ada risiko yang mengintai. China berbatasan dengan tiga negara di mana malaria masih endemik yakni Republik Demokratik Rakyat Laos, Myanmar, dan Vietnam.

Belum lagi, China masih berpotensi menghadapi risiko kasus impor di antara warga negara China yang kembali dari Afrika sub-Sahara.

Baca juga: Ilmuwan Afrika Selatan Temukan Senyawa Kimia Pembunuh Parasit Malaria

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com