Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beredar Resep Obat yang Dipakai Pasien Covid-19 Gejala Ringan di Wisma Atlet, Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 28/06/2021, 19:15 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dengan meningkatnya jumlah kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19, semakin banyak pula ragam informasi pengobatan yang beredar. 

Kali ini, informasi mengenai obat untuk pasien Covid-19 yang tidak bergejala berat beredar di media sosial percakapan, seperti WhatsApp.

Edaran ini dituliskan berasal dari resep obat dokter yang sudah teruji dan dipakai di RS Covid-19 Wisma Atlet Jakarta.

Baca juga: Ramai Ivermectin untuk Covid-19, Ahli UGM Ingatkan Jangan Asal Konsumsi Obat

Dalam edaran tersebut menginformasikan, jika ada yang terinfeksi Covid-19, maka tidak perlu panik dan tidak harus ke rumah sakit (RS), bila kondisinya tidak terlalu parah, seperti sesak napas hingga memerlukan ICU dan ventilator. Karena saat ini, RS khusus Covid-19 semua penuh.

Lebih lanjut, edaran itu menyarankan, bahwa infeksi Covid-19 yang tidak terlalu parah bisa diobati sendiri dengan resep obat seperti berikut.

1. Azytromycin 500 mg

2. Favipiravir (Avigan-Indofarma), 600 mg

3. Fluimucil Eff 600 mg

4. Dexamethasone 0,5

5. Paracetamol 500 mg

Selanjutnya, edaran itu juga menyampaikan untuk tidak panik, berdoa dan tetap bersyukur, semangat dan gembira, karena hati yang gembira adalah obat. Serta, selalu percaya dan yakin akan sembuh.

Tidak hanya itu, selain beberapa obat di atas, pasien juga diminta tetap harus minum vitamin C, Zinc dan D, dan usahakan berjemur matahari pagi setidaknya 15 menit.

Sebuah foto berisi resep obat untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 beredar di WhatsApp Sebuah foto berisi resep obat untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 beredar di WhatsApp

Namun, benarkah informasi yang disampaikan di atas? Apakah antibiotik untuk infeksi bakteri bisa dipakai sebagai obat infeksi virus corona?

Menjawab persoalan tersebut, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultasn Penyakit Tropik dan Infeksi, DR Dr Erni Juwita Nelwan SpPD, KPTI, FACP, FINASIM, PhD mengatakan, bahwa pengobatan atau terapi untuk pasien Covid-19 bukanlah masalah mencari obat yang murah dan mudah dijangkau.

Namun, lebih kepada mencari terapi yang dapat mengobati gejala-gejala yang dirasakan pasien dengan se-efektif mungkin.

"(Obat terapi untuk pasien Covid-19 itu harus) sesuai penilaian klinis dokter, tidak rutin (berlaku untuk) setiap orang atau sesuai keluhan pasien," kata Erni kepada Kompas.com, Minggu (27/6/2021).

Baca juga: Bukan Ivermectin, Ini Obat untuk Pasien Covid-19 Rekomendasi WHO

Ilustrasi pasien infeksi virus corona, pasien Covid-19.Shutterstock/Pordee Aomboon Ilustrasi pasien infeksi virus corona, pasien Covid-19.

Dijelaskan Erni, setiap dokter yang menangani pasien Covid-19 akan memberikan resep obat yang berbeda, jika pasien yang ia tangani memiliki gejala atau keluhan yang berbeda.

Hal ini dikarenakan, keluhan pasien yang terinfeksi Covid-19 itu cukup beragam mulai dari gejala ringan seperti batuk, flu dan lain sebagainya, hingga gejala sedang dan berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Tidak hanya itu, obat-obat yang ada pun memiliki fungsi atau target terapi yang berbeda-beda.

Baca juga: Mengapa Pasien Covid-19 Tanpa Gejala dan Bergejala Ringan Tidak Perlu Rawat Inap di Rumah Sakit?

Erni menegaskan, jika beberapa jenis obat di atas digunakan sebagai bentuk penelitian, maka diperbolehkan.

"Tapi kalau sebagai terapi jor-joran tidak tepat," ucap dia.

Pasien Covid-19 diminta untuk lebih cermat dalam usaha menyembuhkan dirinya. Mengonsumsi makanan kaya nutrisi menjadi hal yang penting dalam meningkatkan imunitas.

Tetapi, tidak berlaku untuk konsumsi obat-obatan. Tidak boleh asal mengonsumsi obat, hanya karena pernah membaca atau mendengar informasi bahwa itu manjur atau mujarab dalam penyembuhan penyakitnya.

Justru dengan mengonsumsi obat sembarangan, kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien adalah kuman yang ada di dalam tubuh kebal terhadap obat, atau risiko efek samping lainnya.

Terutama obat-obat kategori antibiotik, yang hanya diperbolehkan bagi pasien terinfeksi bakteri saja, bukan terinfeksi virus.

Maka, ketika seseorang mengonsumsi antibiotik, padahal sedang melawan infeksi virus dalam tubuh (seperti virus Corona), jelas sekali tidak akan ada manfaatnya.

"Ya bisa jadi kebal obat yang diminum nanti, kalau suatu saat perlu, bisa jadi enggak mempan dan takutnya enggak ada obat lain. Merugikan diri sendiri," tegasnya.

Oleh karena itu, pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19, baik yang bergejala ringan sekalipun, tetap harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan di media sosial.

Baca juga: Positif Covid-19, Begini Cara Meningkatkan Saturasi Oksigen dari Rumah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com