Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Langka Alam Semesta, Astronom Temukan 3 Galaksi Bergabung

Kompas.com - 16/06/2021, 19:45 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG


KOMPAS.com- Alam semesta selalu memiliki kejutan yang unik, salah satunya fenomena langka bergabungnya tiga galaksi yang berhasil disaksikan astronom.

Belum lama ini, sebuah studi menemukan tujuh contoh terpisah, dari tiga galaksi yang bertabrakan satu sama lain.

Sebuah tim astronom yang dipimpin oleh Jonathan Williams dari University of Maryland, Amerika Serikat, telah menemukan kluster penggabungan tiga galaksi, dilansir dari Phys, Rabu (16/6/2021).

Namun, astronom memperkirakan salah satunya berpotensi memiliki dua lubang hitam supermasif yang aktif.

Baca juga: Studi: Galaksi Bima Sakti Bengkok, Apa yang Terjadi?

 

Peristiwa ini memungkinkan para astronom mengintip lebih dalam dari dinamika sistem dua objek paling ekstrem di alam semesta ini.

Untuk menemukan keunikan dari sistem ini, Williams melihat dan menganalisis data dari teleskop Very Large Array, European Southern Observatory, W. M. Keck Observatory, Chandra X-ray Observatory, dan Atacama Large Millimeter / Submillimeter Array.

Setelah memeriksa data-data tersebut, ia menemukan sistem di sepetak langit yang sangat terang sekitar 800 juta tahun cahaya jauhnya.

Ketiga galaksi berbeda satu sama lain dalam berbagai cara. Satu galaksi dikenal sebagai tipe Seyfert—cakram berputar besar yang diketahui memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya.

Baca juga: Selempang Galaksi Bima Sakti Hiasi Langit Ramadhan saat Sahur

Galaksi cincin langka, R5519 mungkin tercipta selama tabrakan besar dan dahsyat antara dua galaksi di alam semesta. James Josephides / Swinburne Astronomy Productions Galaksi cincin langka, R5519 mungkin tercipta selama tabrakan besar dan dahsyat antara dua galaksi di alam semesta.

Galaksi lain dikenal sebagai 'wilayah garis emisi nuklir ionisasi rendah', atau galaksi LINER, yang beberapa ilmuwan juga berspekulasi bahwa galaksi ini memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya, tetapi ini belum terbukti secara tak terbantahkan.

Sedangkan galaksi lainnya, merupakan galaksi kerdil, namun memiliki lubang hitam supermasif aktif.

Galaksi ini meninggalkan jejak debu di belakangnya dan tampak berjalan tegak lurus ke Bumi.

Kombinasi faktor-faktor ini memungkinkan data tentang karakteristik fisik dari penggabungan galaksi yang seharusnya tidak terdeteksi.

Baca juga: Nama-nama Galaksi di Alam Semesta, Bukan Cuma Bima Sakti

 

 

Kendati demikian, dengan kekayaan data ini, masih ada beberapa hal yang membingungkan, baik galaksi Seyfert dan LINER tidak bertindak murni sesuai dengan harapan kedua jenis galaksi ini.

Diakui Williams bahwa diperlukan lebih banyak data dan studi untuk mendapat pemahaman fisika yang lebih baik tentang proses yang terjadi dalam peristiwa penggabungan galaksi ini.

Oleh sebab itu, Williams berencana untuk mengumpulkan lebih banyak data tambahan menggunakan teleskop luar angkasa Hubble, agar dapat menjelaskan lebih banyak tentang galaksi di alam semesta ini.

 

Baca juga: Peneliti Temukan Galaksi Terjauh dan Tertua di Alam Semesta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com