KOMPAS.com - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, mengatakan bahwa jumlah anak balita yang meninggal selama pandemi Covid-19 meningkat hampir 50 persen.
Dikatakan Aman dalam Webinar Seminar Online FKMUI Seri 26-2021 yang diselenggarakan Minggu (13/6/2021), setidaknya ada 1.000 kematian anak di Indonesia setiap minggunya.
Dijelaskan Aman, data yang dihimpun secara mandiri oleh IDAI menunjukkan, kasus Covid-19 pada anak di Indonesia sekitar 11-12 persen. Ini termasuk kasus Covid-19 anak yang tertinggi di dunia.
Selain kematian, dampak buruk dari pandemi Covid-19 adalah Long Covid atau gejala berkepanjangan usai didiagnosis Covid-19. Long Covid tak hanya dialami orang dewasa, tapi juga anak.
Baca juga: Kasus Covid-19 Pada Anak, IDAI: Setiap Minggu Ribuan Anak Meninggal
Dalam data resmi yang diumumkan Pemerintah Indonesia hingga Senin (14/6/2021) pagi, ada lebih dari 1,9 juta kasus positif Covid-19 di Tanah Air dengan jumlah kematian 52.879 jiwa. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak di ASEAN.
Jika 11-12 persen dari jumlah tersebut adalah kasus Covid-19 pada anak, artinya seharusnya ada sekitar 210.000-230.000 kasus Covid-19 pada anak.
Namun, dari data yang dikumpulkan oleh seluruh ketua cabang IDAI di Indonesia setiap minggunya, yang dilaporkan oleh dokter anak yang merawat dan mencari datanya, tercatat hanya ada 113.000 kasus Covid-19 pada anak di Tanah Air.
"Jadi berarti, ada 100.000-an (kasus Covid-19 anak) yang tidak terlapor," kata dia.
Disebutkan Aman dalam presentasinya, Covid-19 tidak hanya meningkatkan jumlah kematian pada anak yang mencapai hampir 50 persen selama pandemi. Anak-anak juga mengalami gejala persisten (berkelanjutan) yang disebut Long Covid.
Mengutip studi pre-print di rumah sakit Italia, 52,7 persen anak yang positif Covid-19 masih merasakan gejala berkelanjutan hingga lebih dari 120 hari usai diagnosis.
Gejala Long Covid yang paling banyak dialami anak menurut studi Italia tersebut adalah insomnia, fatigue atau kelelahan, nyeri otot atau sendi, dan gangguan pernapasan.
Sementara studi kasus dari Swedia menunjukkan, ada 5 anak berusia 9-15 tahun yang mengalami gejala Long Covid sampai 6-8 bulan sejak diagnosis ditegakkan. Gejala yang dialami berupa fatigue, sesak napas, kesulitan konsentrasi, dan sulit belajar.
Dikatakan Aman, hingga saat ini Long Covid pada anak adalah fenomena yang masih dipelajari dan perlu dipertimbangkan.
"Long Covid pada anak kita sudah dapat. Bahkan kita sudah dapat kasus (sindrom) MIS-C di Papua," ungkap Aman.
MIS-C adalah kependekan dari Multisystem Inflammatory Syndrome in Children.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.