Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Long Covid-19 Pada Anak, IDAI Temukan Kasus Sindrom MIS-C di Papua

Kompas.com - 14/06/2021, 16:45 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, mengatakan bahwa jumlah anak balita yang meninggal selama pandemi Covid-19 meningkat hampir 50 persen.

Dikatakan Aman dalam Webinar Seminar Online FKMUI Seri 26-2021 yang diselenggarakan Minggu (13/6/2021), setidaknya ada 1.000 kematian anak di Indonesia setiap minggunya.

Dijelaskan Aman, data yang dihimpun secara mandiri oleh IDAI menunjukkan, kasus Covid-19 pada anak di Indonesia sekitar 11-12 persen. Ini termasuk kasus Covid-19 anak yang tertinggi di dunia.

Selain kematian, dampak buruk dari pandemi Covid-19 adalah Long Covid atau gejala berkepanjangan usai didiagnosis Covid-19. Long Covid tak hanya dialami orang dewasa, tapi juga anak.

Baca juga: Kasus Covid-19 Pada Anak, IDAI: Setiap Minggu Ribuan Anak Meninggal

Long Covid pada anak

Dalam data resmi yang diumumkan Pemerintah Indonesia hingga Senin (14/6/2021) pagi, ada lebih dari 1,9 juta kasus positif Covid-19 di Tanah Air dengan jumlah kematian 52.879 jiwa. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak di ASEAN.

Jika 11-12 persen dari jumlah tersebut adalah kasus Covid-19 pada anak, artinya seharusnya ada sekitar 210.000-230.000 kasus Covid-19 pada anak.

Namun, dari data yang dikumpulkan oleh seluruh ketua cabang IDAI di Indonesia setiap minggunya, yang dilaporkan oleh dokter anak yang merawat dan mencari datanya, tercatat hanya ada 113.000 kasus Covid-19 pada anak di Tanah Air.

"Jadi berarti, ada 100.000-an (kasus Covid-19 anak) yang tidak terlapor," kata dia.

Disebutkan Aman dalam presentasinya, Covid-19 tidak hanya meningkatkan jumlah kematian pada anak yang mencapai hampir 50 persen selama pandemi. Anak-anak juga mengalami gejala persisten (berkelanjutan) yang disebut Long Covid.

Mengutip studi pre-print di rumah sakit Italia, 52,7 persen anak yang positif Covid-19 masih merasakan gejala berkelanjutan hingga lebih dari 120 hari usai diagnosis.

Gejala Long Covid yang paling banyak dialami anak menurut studi Italia tersebut adalah insomnia, fatigue atau kelelahan, nyeri otot atau sendi, dan gangguan pernapasan.

Ilustrasi tes Covid-19 pada anakShutterstock/Ann Kosolapova Ilustrasi tes Covid-19 pada anak

Sementara studi kasus dari Swedia menunjukkan, ada 5 anak berusia 9-15 tahun yang mengalami gejala Long Covid sampai 6-8 bulan sejak diagnosis ditegakkan. Gejala yang dialami berupa fatigue, sesak napas, kesulitan konsentrasi, dan sulit belajar.

Dikatakan Aman, hingga saat ini Long Covid pada anak adalah fenomena yang masih dipelajari dan perlu dipertimbangkan.

"Long Covid pada anak kita sudah dapat. Bahkan kita sudah dapat kasus (sindrom) MIS-C di Papua," ungkap Aman.

MIS-C adalah kependekan dari Multisystem Inflammatory Syndrome in Children.

Diberitakan Kompas.com edisi 6 September 2020, MIS-C merupakan suatu kondisi langka dan ekstrem dari respons sistem imun tubuh terhadap serangan virus corona. Hal itu bisa menyebabkan kerusakan jantung, paru-paru, ginjal, darah, dan otak.

“Ini adalah penyakit masa kanak-kanak baru yang diyakini terkait dengan SARS-CoV-2,” kata Dr. Alvaro Moreira, MD, MSc, dari University of Texas Health Science Center di San Antonio.

Menurut Dr Moreira kondisi tersebut dapat mematikan, karena memengaruhi banyak sistem organ, baik jantung dan paru-paru, sistem pencernaan maupun sistem neurologis.

Baca juga: Sindrom MIS-C Berisiko Sebabkan Kerusakan Jantung Akibat Covid-19 pada Anak

"Jadi kalau kita melihat kasus anak ini tidak terdeteksi, kita tidak tahu (anak) ternyata positif (Covid-19), Long Covid ini yang kita takutkan," imbuh dia.

Aman pun mengingatkan, berdasarkan data dari Inggris, adanya varian baru yang semakin mudah menular seperti misalnya varian Delta (dulunya bernama varian B.1.617.2 yang pertama kali diidentifikasi di India), akan berpengaruh juga pada anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com