Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/06/2021, 16:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Resistensi antimikroba (AMR), yang salah satunya merupakan akibat sembarangan mengonsumsi antibotik cukup mengkhawatirkan dan disebut silent pandemic.

"Resistensi antibiotik merupakan krisis kesehatan dunia, bahkan disebut sebagai silent pandemic," kata Vida Parady dari Yayasan Orangtua Peduli (YOP).

Hal ini disampaikannya dalam diskusi daring bertajuk Kemitraan Sektor Swasta dan Peran Masyarakat Dalam Mempromosikan Penggunaan Antibiotik Secara Rasional dan Tuntas, Kamis (10/6/2021).

Baca juga: Mengenal Resistensi Antibiotik, dari Dampak hingga Pencegahan

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter, baik kekurangan ataupun berlebihan merupakan salah satu penyumbang terbesar angka resistensi antimikroba (AMR) di dunia kesehatan.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan antibiotik meningkat 91 persen secara global dan meningkat 165 persen di negara-negara berkembang pada periode 200-2015.

Hal ini menjadikan AMR salah satu dari 10 ancaman kesehatan global yang paling berbahaya di dunia.

Dampak dan bahaya resistensi antibiotik

Pada umumnya, banyak orang hanya mengenal antibiotik. Nah, antibiotik ini sebenarnya hanyalah bagian dari antimikroba (AMR).

Mikroba melingkupi di dalamnya berbagai organisme yaitu virus, bakteri (bios/biotik), jamur, protozon ataupun parasit. 

Oleh karena itu, antimikroba (AMR) merupakan obat yang penting untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan, yang diakibatkan oleh organisme jahat mikroba yang menyerang tubuh. 

Antimikroba adalah satu jenis obat-obatan yang memiliki fungsi untuk membunuh atau menghambat laju pertumbuhan mikroba, di mana salah satunya adalah antibiotik.

Sementara, antibiotik sendiri adalah obat yang dipergunakan untuk menyembuhkan infeksi yang terjadi akibat bakteri baik pada manusia maupun hewan.

Namun, jika seseorang yang sakit terinfeksi bakteri tidak menghabiskan antibiotik yang diresepkan atau seseorang yang terinfeksi virus mengonsumsi antibiotik, maka bisa terjadi resistensi antibiotik.

Resistensi antibiotik adalah ketika seseorang kebal terhadap antibiotik yang dikonsumsinya, sehingga fungsi obat tersebut tidak berkerja sama sekali pada tubuhnya.

Saat seseorang terkena gempuran mikroba yang resisten, dia berpotensi mengalami sakit yang lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Sejak ditemukan pada tahun 1920, antibiotik telah menyelamatkan puluhan juta nyawa. Namun, bakteri mulai membangun resistensi pada obat yang sama.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RSUD Dr. Soetomo, Dr dr Erwin Astha Triyono Sp.PD, K-PTI mengatakan, antimikroba ini baik untuk pengobatan. 

Tetapi, kalau tubuh sudah resisten (menolak) terhadap antimikroba, maka penyakit akan sulit disembuhkan.

Bakteri yang kebal terhadap berbagai jenis antibiotik ini disebut superbugs.

Tak main-main, resistensi antibiotik adalah masalah sangat serius yang dihadapi seluruh dunia.

Orang yang terinfeksi superbugs sangat sulit disembuhkan dan terapinya membutuhkan biaya yang sangat mahal. 

Beberapa kasus berakhir menyebabkan cacat permanen, bahkan kematian. 

Penyakit infeksi bakteri, seperti pneumonia, TBC, gonorrhoea, salmonellosis, dan keracunan darah dari tahun ke tahun semakin sulit diobati dengan antibiotik.

Saat ini, sekitar 700.000 kematian per tahun dikaitkan dengan resistensi antimikroba.

Baca juga: Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri Dapat Menyebarkan Resistensi Antibiotik, Kok Bisa?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com