Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangkalan Madura, Apa Saja?

Kompas.com - 08/06/2021, 08:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Selama sepekan terakhir, kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur meningkat drastis sejak libur Lebaran Idul Fitri 2021. Ahli menilai ada beberapa penyebab yang memicu peningkatan kasus infeksi virus corona.

Per hari Minggu (6/6/2021), ada 25 kasus baru positif Covid-19, 2 pasien Covid-19 meninggal dunia dan 17 orang dinyatakan suspek corona.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19, Minggu (6/6/2021), kasus kumulatif Covid-19 di Bangkalan tercatat ada sebanyak 1.779 orang. Sebanyak 1.520 pasien dinyatakan pulih, 180 orang dinyatakan meninggal dunia dan sebanyak 79 pasien masih menjalani perawatan.

Dengan kondisi tersebut, pemerintah mengkhawatirkan adanya lonjakan kasus Covid-19 di Madura yang dapat berpotensi menyebar ke wilayah sekitarnya, termasuk kota Surabaya.

Untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 dan menekan laju penyebaran angka kasus virus corona di Kota Pahlawan, Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya memberlakukan penyekatan di cek point pintu Jembatan Suramadu sisi Surabaya.

Baca juga: Epidemiolog: Lonjakan Kasus Covid-19 di Madura Sangat Buruk dan Bisa Jadi Bom Waktu

Dalam pemberitaan Kompas.com kemarin, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, AKBP Ganis Setyaningrum mengatakan, pihaknya mulai melakukan penyekatan di akses Jembatan Suramadu pada Minggu (6/6/2021) pukul 10.00 WIB.

Penyekatan tersebut dilakukan pada jalur kendaraan dari arah Madura menuju Kota Surabaya di sepanjang jalur Jembatan Suramadu. 

"Penyekatan dilakukan karena ada peningkatan kasus positif Covid-19 di Madura," kata Ganis saat dikonfirmasi, Minggu (6/6/2021).

Lantas, apa penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Madura, Jawa Timur ini?

Sejauh ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Bangkalan, Madura, di antaranya sebagai berikut:

1. Mobilitas libur Lebaran

Salah satu faktor penyebab lonjakan Covid-19 di Madura adalah mobilitas masyarakat selama Lebaran.

Baca juga: Pasien Covid-19 di Bangkalan Madura Meninggal dalam 24 Jam di Rumah Sakit, Ahli Jelaskan

RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan menutup layanan IGD lantaran kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan meningkat setelah libur Lebaran 2021.ISTIMEWA RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan menutup layanan IGD lantaran kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan meningkat setelah libur Lebaran 2021.

Kendati peraturan larangan atau peniadaan mudik Lebaran telah diberlakukan, mobilitas masyarakat tidak 100 persen dapat dicegah. Hal ini juga terjadi di Bangkalan, seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, dr Herlin Ferliana.

Membludaknya kasus Covid-19 bahkan membuat RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan menutup layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Sabtu (5/6/2021).

"Itu yang kami khawatirkan, kelihatannya sudah mulai terjadi peningkatan kasus ini (Covid-19 di Bangkalan) setelah libur panjang," kata dia.

Perlu diketahui, semakin meningkat moblitas atau pergerakan yang dilakukan, maka akan semakin meningkat pula risiko seseorang terpapar atau tertular infeksi Covid-19.

2. Disiplin prokes sangat buruk

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga, Dr Windhu Purnomo, pun menambahkan bahwa faktor lonjakan kasus Covid-19 di Bangkalan, Madura, juga disebabkan oleh disiplin protokol kesehatan (prokes) yang sangat buruk.

Baca juga: Belajar dari Lonjakan Kasus Covid-19 di India dan Thailand, Epidemiolog: Jangan Beri Celah Masyarakat Berpergian

"Disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) tampak sangat buruk," kata Windhu kepada Kompas.com, Senin (7/6/2021).

Menurut Windhu, disiplin prokes yang sangat buruk ini tampak dari berbagai video yang beredar, serta pernyataan mereka yang pernah mengunjungi Kabupaten Bangkalan dan beberapa wilayah di Madura.

"Masyarakat di Madura banyak sekali yang tidak menggunakan masker di tempat-tempat umum, termasuk di transportasi umum dan pasar," kata dia.

Lebih lanjut, kata Windhu, banyak masyarakat yang mengaku tidak percaya adanya virus corona, atau menganggap virus corona sudah tidak ada lagi.

Windhu berkata bahwa kalau kondisi tetap seperti saat ini, dan tidak dilakukan mitigasi yang memadai, maka lonjakan kasus Covid-19 di Madura bisa semakin tinggi.

Lonjakan kasus Covid-19 lantas akan membebani hilir, yakni fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit-rumah sakit di Kabupaten Bangkalan sendiri dan di daerah-daerah sekitarnya terutama Surabaya Raya.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 Diprediksi Tinggi, Ini Strategi Hadapi Rumah Sakit Penuh

Tenaga Kesehatan di pos penyekatan Tol Suramadu Sisi Madura di Perumahan Toko Desa Petapan Kecamatan Labang Bangkalan Madura Jawa Timur, Senin (7/6/2021).KOMPAS.COM/MUCHLIS Tenaga Kesehatan di pos penyekatan Tol Suramadu Sisi Madura di Perumahan Toko Desa Petapan Kecamatan Labang Bangkalan Madura Jawa Timur, Senin (7/6/2021).

3. Testing yang sangat buruk

Faktor penunjang lonjakan kasus Covid-19 di Bangkalan, Madura, yang ketiga adalah penemuan kasus atau testing yang sangat buruk.

"Penemuan kasus (case finding/detection) di banyak daerah, juga khususnya di Kabupaten Bangkalan dan beberapa kabupaten di Madura, sangat buruk," ujarnya.

Windhu menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh kemauan dan kemampuan testing dan tracing yang rendah. Akibatnya, jumlah kasus terkonfirmasi positif yang dilaporkan seolah-olah rendah, padahal data yang ada hanyalah semu.

"Kalau beberapa kabupaten di Madura sudah berbulan-bulan dinyatakan sebagai zona kuning, itu sesungguhnya tidak menggambarkan realitas, karena rendahnya case finding (penemuan kasus Covid-19)," tuturnya.

Baca juga: 4.123 Pemudik Positif Covid-19, Tim Mitigasi IDI Imbau Antisipasi Lonjakan Kasus Pasca Idul Fitri

"Jadi di sana kemungkinan besar terjadi reservoir penularan Covid-19 yang sangat besar di bawah permukaan, yang tidak terdeteksi, yang bisa menjadi bom waktu," imbuhnya.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman pun menambahkan, testing yang ada saat ini juga lebih cenderung mendeteksi orang-orang yang mengantri atau yang sudah datang ke fasilitas kesehatan saja.

"Kalau menurut saya testing (Covid-19) di kita (Indonesia) itu jadi lebih sifatnya terpaksa 'melakukan testing' pada orang-orang yang datang; dan menurut saya, terlambat kalau seperti itu dan berbahaya," ucap Dicky.

Jika demikian, kata dia, akhirnya pasti akan membebani layanan kesehatan itu sendiri, dan memicu peningkatan angka kasus kematian akibat infeksi Covid-19.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Kemenkes Akan Tambah Bed dan Perawat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com