Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksplorasi Luar Angkasa Rusia Bakal Gunakan Wahana Bertenaga Nuklir

Kompas.com - 27/05/2021, 20:03 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rusia berencana melakukan eksplorasi luar angkasa ke Bulan, Venus, dan Jupiter menggunakan wahana antariksa bertenaga nuklir.

Hal tersebut diungkapkan Roscosmos, badan antariksa federal Rusia pekan lalu.

Pihak Roscosmos mengumumkan bahwa 'space tug' atau istilah untuk wahana antariksa yang mengangkut astronot atau peralatan dari satu orbit ke orbit lainnya, dijadwalkan untuk diluncurkan dalam misi antar planet pada 2030.

Seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (27/5/2021) modul energi wahana antariksa bernama Zeus dirancang untuk menghasilkan tenaga yang cukup untuk mendorong kargo berat melalui luar angkasa. Ini pada dasarnya adalah pembangkit tenaga nuklir bergerak.

Baca juga: Perlombaan Peluncuran Stasiun Luar Angkasa Dimulai, Usai Rusia Kini China

Beberapa negara mengincar teknologi serupa sebagai cara mempersingkat perjalanan di luar angkasa.

Saat ini, wahana antariksa memang mengandalkan tenaga surya atau gravitasi untuk berakselerasi. Itu artinya dibutuhkan waktu lebih dari tiga tahun bagi para astronot untuk melakukan kunjungan pulang pergi ke Mars.

NASA sendiri memperkirakan bahwa wahana antariksa bertenaga nuklir mampu mengurangi waktu tempuh hingga satu tahun.

Amerika Serikat berharap dapat menempatkan pembangkit tenaga nuklir di Bulan pada awal tahun 2027.

Namun sejauh ini NASA baru mengirim satu reaktor nuklir ke luar angkasa melalui satelit pada 1965. Mars Curiosity dan Perseverance sebenarnya juga bertenaga nuklir tetapi tidak menggunakan reaktor.

Sementara itu Rusia telah menempatkan lebih dari 30 reaktor di luar angkasa. Modul Zeus akan memajukan upaya tersebut dengan menggunaan reaktor nuklir 500 kilowatt untuk mendorongnya dari satu planet ke planet lainya.

Perjalanan ke Bulan, Venus, Jupiter

Ilustrasi planet Jupiter adalah objek terbesar kedua di Tata Surya, setelah Matahari. Jupiter sering disebut bintang gagal, karena berdasarkan massa, memiliki kesamaan komposisi dengan Matahari.SHUTTERSTOCK/Vadim Sadovski Ilustrasi planet Jupiter adalah objek terbesar kedua di Tata Surya, setelah Matahari. Jupiter sering disebut bintang gagal, karena berdasarkan massa, memiliki kesamaan komposisi dengan Matahari.

Rencana misi tersebut pertama-tama diawali dengan mendekati Bulan terlebih dahulu.

Selanjutnya Zeus akan menuju ke Venus, di mana wahana tersebut akan menggunakan gravitasi planet untuk menggeser arah menuju tujuan akhirnya, Jupiter. Hal tersebut juga akan membantu menghemat propelan.

Menurut Alexander Bloshenko, direktur eksekutif Roscosmos untuk program dan sains jangka panjang, keseluruhan misi akan berlangsung selama 50 bulan.

Bloshenko menyebut Roscosmos dan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia saat ini tengah bekerja untuk menghitung balistik atau lintasan penerbangan serta jumlah bobot yang dapat dibawa.

Misi Zeus ini nantinya justru akan menjadi pendahulu misi luar angkasa Rusia lain, yakni pembuatan stasiun luar angkasa, yang menggunakan teknologi bertenaga nuklir yang sama.

Modul Zeus sendiri sudah mulai dikembangkan pada 2010.

Insinyur Rusia kemudin memproduksi dan menguji protipenya pada 2018. Roscosmos juga menandatangi kontrak tahun lalu senilai 4,2 miliar rubel (setara Rp 8,1 triliun) yang menempatkan Arsenal, sebuah perusahaan desain yang berbasis di St.Petersburg, bertanggung jawab atas desain awal.

Keunggulan energi nuklir di luar angkasa

Sebagian besar wahana antariksa mendapatkan energi dari beberapa sumber, seperti matahari, baterai, atau atom tak stabil yang disebut radioisotop.

Wahana antariksa Juno NASA misalnya. Wahana tersebut menggunakan panel surya untuk menghasilkan listrik. Tenaga surya juga dapat digunakan untuk mengisi baterai di wahana, tetapi sumber energi menjadi kurang kuat karena akan semakin menjauh dari matahari.

Dalam kasus lain, baterai lithium dapat membantu memberi daya pada misi yang lebih pendek, contohnya saja wahana Huygens. Wahana menggunakan baterai untuk mendarat sebenatr di Titan, pada 2005.

Namun reaktor nuklir menawarkan beberapa keuntungan, mampu bertahan di daerah dingin dan gelap di Tata Surya tanpa memerlukan sinar matahari.

Baca juga: Mundur dari ISS, Rusia Bakal Luncurkan Stasiun Luar Angkasa Sendiri

Reaktor nuklir juga dapat diandalkan untuk jangka waktu yang lama. Reaktor nuklir Zeus dirancang untuk bertahan 10-12 tahun. Selain itu, mereka dapat mendorong wahana ke planet lain dalam waktu yang lebih singkat.

Tetapi tenaga nuklir juga memiliki tantangannya sendiri. Hanya jenis bahan bakar tertentu, seperti uranium yang dapat menahan suhu reaktor yang sangat tinggi. Namun sekaligus tak aman untuk digunakan.

Pada bulan Desember, AS melarang penggunaan uranium yang diperkaya untuk mendorong benda-benda ke luar angkasa jika sebuah misi dimungkinkan dengan bahan bakar nuklir atau sumber tenaga non-nuklir lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com