Dari hal ini, Nina berpendapat, bagaimanapun seharusnya hal pribadi yang dibagikan ke publik ada batasnya.
"Pengguna medsos Indonesia belum sadar ini. Perlu ada pertimbangan etika," kata Nina.
Lantas, apakah konten seperti ini arahnya akan terus diproduksi?
"Tentu saja tidak," kata Nina menjawab.
"Kita perlu mencetak content creator yang mampu membuat konten yang memiliki pesan-pesan edukatif tetapi menarik untuk dikonsumsi generasi muda di semua kalangan," tegasnya.
Baca juga: Atta Halilintar Mau 15 Anak dari Aurel Hermansyah, Apa Dampak Hamil Anak Banyak?
Dia menilai, adanya kritik terhadap Atta tentang komersialisasi yang dilakukan ketika Aurel keguguran yang viral di sosial media seperti Twitter, menunjukkan adanya gatekeeping oleh masyarakat.
"Pengguna Twitter umumnya lebih banyak berasal dari masyarakat berpendidikan, oleh karena itu mampu melakukan kritik tersebut," ucap dia.
Kendati memang pengguna Twitter yang mengkritik Atta mungkin jumlahnya jauh di bawah penonton video Atta.
"Hal yang perlu dilakukan adalah literasi digital baik dari konteks teknologi maupun substansi," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.