KOMPAS.com- Sudah ada delapan vaksin Covid-19 yang digunakan dunia, termasuk beberapa telah dipakai di Indonesia. Efikasi vaksin-vaksin ini juga beragam dalam melindungi dari virus corona.
Setahun lebih pandemi virus corona merebak di seluruh penjuru dunia, menginfeksi puluhan juta orang dan menyebabkan banyak kematian.
Pandemi penyakit baru ini membuat komunitas ilmiah, peneliti dan para ilmuwan kewalahan. Sebab, asal usul virus corona yang simpang siur, hingga jenis penyakit baru yang mewabah dan belum ada obatnya.
Dalam waktu kurang dari setahun, beberapa vaksin pun mulai dikembangkan untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
Pasalnya, upaya pencegahan dengan beragam protokol kesehatan yang disarankan dan dikampanyekan oleh para pakar tak cukup mampu membendung penyebaran, penularan dan infeksi dari virus SARS-CoV-2 ini.
Baca juga: 3 Vaksin Covid-19 di Indonesia, Perbedaan Vaksin Sinovac, AstraZeneca dan Sinopharm
Vaksin Covid-19 memang bukan senjata satu-satunya untuk melawan pandemi di seluruh dunia, namun setidaknya ini adalah salah satu upaya untuk mengendalikan virus yang terus bermutasi dan memunculkan varian-varian baru.
Ada banyak kandidat vaksin Covid-19 yang berkembang di sejumlah negara. Bahkan, beberapa di antaranya telah mengantongi izin untuk digunakan dalam situasi darurat. Berikut delapan jenis vaksin Covid-19 dan nilai kemanjuran atau efikasi masing-masing vaksin.
Vaksin Covid-19 Sinovac adalah vaksin pertama yang digunakan di Indonesia, pada awal Januari 2021 lalu. Kerjasama Bio Farma mendatangkan vaksin Covid-19 tersebut juga dibarengi dengan uji klinis fase 3, dan pengemasan bulk vaksin dari Sinovac.
Baca juga: 5 Vaksin Covid-19 yang Akan Digunakan di Indonesia dan Perbedaannya
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) setelah data efikasi vaksin Covid-19 tersebut dinilai mencapai batas yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hasil uji klinis fase 3 yang dilakukan di Bandung, menunjukkan efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen.
Jika dibandingkan efikasi vaksin Sinovac yang diujikan di negara lain seperti Turki dan Brasil, hasil efikasi vaksin tersebut di Indonesia memang lebih rendah.
Di Turki, efikasi vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac Biotech Ltd asal China ini, mencapai 91,25 persen. Sedangkan di Brasil kemanjuran vaksin Sinovac mencapai 78 persen.
Kendati nilai efikasi vaksin Sinovac di Indonesia rendah, dibandingkan negara lain di dunia namun vaksin Covid-19 yang dikembangkan berbasis inactivated virus ini masih efektif memberikan perlindungan dari infeksi virus SARS-CoV-2.
Baca juga: Jenis-jenis Vaksin Covid-19 di Dunia, dari Teknologi dan Cara Kerjanya
Salah satu vaksin Covid-19 yang menuai banyak kontroversi adalah vaksin AstraZeneca. Vaksin Covid-19 ini berasal dari Inggris, dikembangkan oleh para peneliti di University of Oxford dan AstraZeneca.
Berbasis adenovirus simpanse, vaksin AstraZeneca banyak dilaporkan oleh berbagai negara di dunia karena efek samping vaksin tersebut yang menyebabkan pembekuan darah.
Namun, kasus kematian dan pembekuan darah setelah suntikan vaksin tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan kemanjuran dan manfaatnya dalam mencegah penyakit yang lebih parah.
Efiaksi vaksin AstraZeneca menawarkan perlindungan hingga 64,1 persen setelah dosis pertama, dan 70,4 persen setelah suntikan kedua, seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (18/5/2021).
Baca juga: Fauci: Vaksin Covid-19 untuk Anak Kemungkinan Tersedia Akhir 2021
Adalah vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia dalam program vaksinasi gotong royong. Vaksin Sinopharm dikembangkan oleh Beijing BioInstitute Biological Product dari China.
Vaksin China ini telah mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sama seperti vaksin Sinovac, vaksin Covid-19 Sinopharm adalah vaksin yang juga dikembangkan dengan teknologi inactivated vaccine yang berasal dari virus SARS-CoV-2 yang telah dilemahkan.
Menurut Kepala BPOM Penny Lukito, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (17/5/2021), uji klinik yang dilakukan di Uni Emirat Arab, vaksin Sinopharm mengantongi nilai efikasi mencapai 78 persen.
Baca juga: Soal Data Vaksin Covid-19 Sinopharm, Kepercayaan WHO Sangat Rendah
Vaksin CanSino adalah vaksin lain yang dikembangkan para peneliti di China, di CanSino Biologics. Vaksin ini merupakan vaksin Covid-19 pertama yang hak paten oleh pemerintah China pada 11 Agustus 2020 lalu.
Indonesia berencana mendatangkan secara bertahap vaksin China ini yang dipakai dalam program vaksinasi gotong royong.
Vaksin Covid-19 ini berbasis vaksin vektor yang memuat antigen dari virus corona pada patogen penyebab flu yang tidak berbahaya, atau adenovirus.
Selain di Indonesia, vaksin tersebut juga disetujui untuk digunakan di negara asalnya, China, selanjutnya di Pakistan, Hongaria dan Meksiko.
Efikasi vaksin CanSino ini efektif 68,83 persen dalam melindungi dari infeksi Covid-19, hanya dengan satu kali suntikan.
Kendati demikian, para peneliti menyarankan untiuk meningkatkan kemampuan vaksin dalam melindungi dari virus corona, suntikan penguat dapat diberikan enam bulan kemudian.
Baca juga: Mengenal Vaksin Covid-19 CanSino, dari Asal hingga Efikasinya
Berbeda dengan teknologi pengembangan vaksin Covid-19 yang dilakukan oleh para peneliti China.
Vaksin Moderna asal Amerika Serikat ini dikembangkan dengan teknologi genetik messenger RNA (mRNA).
Vaksin tersebut telah digunakan di negara asalnya, di mana Amerika Serikat juga mencatatkan angka kasus Covid-19 yang cukup tinggi.
Efikasi vaksin Covid-19 berbasis mRNA ini menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Setidaknya satu dosis suntikan vaksin Moderna, efikasi vaksin atau kemanjuran dalam melindungi dari Covid-19 sebesar 80,2 persen.
Suntikan kedua vaksin mRNA tersebut, dengan jeda 28 hari, dapat memberikan efikasi sebesar 95,6 persen pada orang berusia 18 hingga 65 tahun. Sedangkan pada penerima vaksin yang berusia di atas 65 tahun, efikasi vaksin Moderna bisa mencapai 86,4 persen.
Baca juga: Efektivitas Vaksin Covid-19 Melawan Ragam Varian Baru Virus Corona
Teknologi pengembangan vaksin Covid-19 berbasis mRNA juga digunakan pengembang vaksin asal Amerika Serikat, Pfizer yang menggandeng mitranya dari Jerman, BioNTech.
WHO telah mengesahkan penggunaan vaksin Pfizer ini pada akhir Desember 2020 lalu.
Vaksin Pfizer menjadi yang pertama digunakan di Amerika Serikat, serta beberapa negara lain di dunia, seperti Inggris, Israel hingga Saudi Arabia. Vaksin mRNA Pfizer ini direncanakan akan segara digunakan di Indonesia.
Efikasi vaksin Pfizer memiliki nilai yang tertinggi dibandingkan beberapa kandidat vaksin Covid-19 lainnya. Sebab, efikasinya mencapai 95 persen, setelah penerima vaksin mendapatkan dua suntikan.
Selanjutnya, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Johnson & Johnson, yang disebut vaksin Janssen. Vaksin dosis tunggal atau dosis satu suntikan ini, telah mengantongi izin penggunaan darurat oleh WHO, pada 12 Maret lalu.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer, Sputnik V, Moderna, dan Oxford AstraZeneca, Apa Bedanya?
Vaksin Johnson & Johnson dinilai memenuhi syarat untuk didistribusikan ke banyak negara melalui COVAX, sebuah inisiatif WHO untuk memastikan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat memiliki akses vaksin Covid-19.
Diberitakan Kompas.com, Minggu (14/3/2021), vaksin Janssen menjadi salah satu vaksin Covid-19 yang mudah untuk disimpan, sehingga memudahkan distribusi ke negara-negara di dunia.
Vaksin Johnson & Johnson memiliki efikasi sekitar 67 persen, dan efektif melindungi dari infeksi Covid-19 setelah dua minggu inokulasi.
Mengambil nama satelit luar angkasa yang diluncurkan Rusia, vaksin Sputnik V juga menjadi salah satu vaksin Covid-19 yang mengantongi izin WHO.
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan peneliti Rusia ini memiliki efikasi atau kemanjuran vaksin sebesar 91,4 persen setelah pemberian suntikan kedua.
Baca juga: Sekali Suntik, Vaksin Johnson & Johnson Efektif Kurangi Risiko Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.