Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Covid-19 pada Otak, Volume Materi Abu-abu Menurun

Kompas.com - 17/05/2021, 07:10 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Studi baru menunjukkan efek pada otak pasien Covid-19, yang mana menyebabkan penurunan volume grey matter atau materi abu-abu pada organ ini.

Efek Covid-19 ini terutama terjadi pada pasien Covid-19 yang menerima terapi oksigen atau mengalami demam saat terinfeksi penyakit tersebut.

Seperti dilansir dari Medical Xpress, Senin (17/5/2021), dalam studi ini, peneliti di Georgia State University dan Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat, menemukan volume materi abu-abu (grey matter) yang berada di jaringan frontal-temporal otak, lebih rendah.

Grey matter adalah komponen utama dari sistem saraf pusat, yang berperan penting dalam memproses informasi ke otak.

Jaringan ini lah yang mengarahkan rangsangan sensorik (motorik) ke sel saraf di sistem saraf pusat, di mana sinapsis menginduksi respons terhadap rangsangan yang diterimanya.

Baca juga: Peneliti Ungkap 1 dari 3 Orang yang Sembuh dari Covid-19 Menderita Gangguan Otak

Dalam studi ini, ahli menemukan efek Covid-19 pada otak yang menyebabkan penurunan volume materi abu-abu di wilayah otak tersebut, yang dikaitkan dengan tingkat kecacatan yang lebih tinggi di antara pasien Covid-19, bahkan enam bulan setelah keluar dari rumah sakit.

Grey matter atau materi abu-abu ini sangat penting dalam memproses informasi di otak dan kelainan yang terjadi pada bagian otak ini, dapat memengaruhi respons neutron, sel saraf otak.

Hasil studi efek Covid-19 ini diterbitkan di jurnal Neurobiology of Stress edisi Mei 2021 dan menunjukkan bahwa materi abu-abu di jaringan frontal otak dapat mewakili wilayah inti yang terdampak Covid-19. Bahkan di luar kerusakan yang terkait dengan manifestasi klinis penyakit, seperti stroke.

Para peneliti, yang bekerjasama dengan Center for Translational Research in Neuroimaging and Data Science (TReNDS), telah menganalisis pemindaian tomografi komputer pada 120 pasien neurologis.

Baca juga: Bagaimana Covid-19 Menyebabkan Kerusakan Otak Jangka Panjang?

 

Termasuk di antaranya 58 pasien dengan Covid-19 akut, dan 62 pasien tanpa Covid-19. Selanjutnya disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan penyakit.

Analisis yang digunakan yakni analisis morfometri berbasis sumber, yang meningkatkan kekuatan statistik dengan ukuran sampel sedang.

"Sains telah menunjukkan bahwa struktur otak dapat memengaruhi fungsinya, dan pencitraan otak yang abnormal telah muncul sebagai ciri utama (efek) Covid-19," kata Kuaikuai Duan, penulis pertama studi tersebut, asisten peneliti di TReNDS dan mahasiswa pascasarjana Georgia Tech's School of Electrical and Computer Engineering.

Duan menambahkan pada studi sebelumnya menggunakan pendekatan univariat, yang meneliti bagaimana otak dipengaruhi oleh Covid-19. Sedangkan studi baru ini menggunakan pendekatan berbeda untuk melihat efek Covid-19 pada otak.

Baca juga: Covid-19 Sebabkan Kelelahan, Begini Efek Virus Corona SARS-CoV-2 pada Otak

Ilustrasi otak, efek Covid-19 memengaruhi otak, menurunkan volume materi abu-abu (grey matter) yang berperan penting dalam memproses informasi ke sistem saraf pusat otak.Shutterstock Ilustrasi otak, efek Covid-19 memengaruhi otak, menurunkan volume materi abu-abu (grey matter) yang berperan penting dalam memproses informasi ke sistem saraf pusat otak.

Akan tetapi, dalam penelitian efek Covid-19 pada otak yang dilakukan timnya merupakan yang pertama kalinya menggunakan pendekatan multivariat berbasis data untuk menghubungkan perubahan ini dengan karakteristik Covid-19 tertentu.

Misalnya demam dan kurangnya oksigen yang dialami pasien Covid-19, dan hasil atau dampaknya yang terkait tingkat kecacatan pada otak.

Menyebabkan gangguan mood

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Covid-19 dapat memengaruhi jaringan frontal-temporal melalui demam atau kekurangan oksigen.

Pengurangan materi abu-abu di gyri superior, medial dan tengah juga tampak juga pada pasien dengan agitasi dibandingkan dengan pasien tanpa agitasi.

Hal ini menyiratkan bahwa perubahan materi abu-abu di wilayah frontal otak dapat mendasari atau menyebabkan gangguan mood yang biasanya ditunjukkan oleh pasien Covid-19.

Baca juga: Hasil Otopsi Tunjukkan, Virus Covid-19 Bisa Masuk ke Otak lewat Hidung

 

"Komplikasi neurologis semakin banyak didokumentasikan untuk pasien dengan Covid-19," kata Vince Calhoun, penulis senior studi dan direktur TReNDS.

Calhoun menambahkan bahwa penurunan grey matter juga telah terbukti menyebabkan gangguan mood lain seperti skizofrenia dan kemungkinan terkait dengan cara materi abu-abu memengaruhi fungsi neuron.

Temuan studi ini menunjukkan perubahan pada jaringan frontal-temporal dapat digunakan sebagai penanda biologis untuk menentukan kemungkinan prognosis Covid-19 atau mengevaluasi pilihan pengobatan untuk penyakit tersebut.

Selanjutnya, para peneliti berharap dapat mereplikasi penelitian terkait efek Covid-19 yang mengubah volume materi abu-abu di otak, pada ukuran sampel yang lebih besar yang mencakup banyak jenis pemindaian otak dan populasi pasien Covid-19 yang berbeda.

Baca juga: Peneliti Sebut Kerusakan Otak Pasien Covid-19 Bukan karena Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com