Walau tidak bersifat sebagai probiotik, keberadaan bakteri pada tempe dapat memberikan pengaruh positif pada kesehatan.
Tempe sebagai makanan para-probiotik (jasad dari bakteri baik yang dapat memberikan manfaat kesehatan) juga mampu meningkatkan bakteri Akkermansia muciniphila dalam sistem pencernaan.
Sebuah riset menyatakan keberadaan bakteri A. muciniphila memiliki korelasi positif dengan penurunan risiko obesitas. Temuan ini mengindikasikan bahwa tempe dapat menjadi produk makanan yang mampu mencegah terjadinya obesitas.
Riset lainnya menyatakan tempe dapat mencegah diare karena mengandung senyawa oligosakarida bioaktif hasil pemecahan karbohidrat oleh jamur tempe. Oligosakarida bioaktif tersebut dapat berikatan dengan bakteri pembawa penyakit sehingga menghambat penempelan bakteri tersebut pada usus.
Hasil riset kami juga menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada tempe punya hubungan positif dengan kemampuan tempe dalam mencegah diare.
Baca juga: Mana yang Lebih Tinggi Protein, Tahu atau Tempe?
Ada dua mekanisme untuk menjelaskan korelasi ini.
Pertama, bakteri dapat membantu jamur tempe dalam memecah karbohidrat untuk menghasilkan karbohidrat pendek yang dapat mengikat bakteri penyebab penyakit.
Kedua, beberapa jenis bakteri khususnya bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa extracellular polysaccharide (EPS) atau karbohidrat yang dihasilkan oleh bakteri. Senyawa EPS telah dilaporkan mampu mengikat bakteri patogen.
Kontribusi bakteri pada tempe yang paling terkenal adalah kemampuan bakteri menghasilkan vitamin B12. Hal ini menyebabkan tempe satu-satunya makanan vegetarian yang mengandung vitamin B12, sesuatu yang sebelumnya hanya bisa ditemukan pada sumber hewani.
Mempertimbangkan peranan vitamin B12 dalam pembentukan dan menjaga sistem saraf, sebuah riset menyatakan tempe juga diketahui mampu meningkatkan fungsi kognitif khususnya pada lansia. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan tempe dalam meningkatkan fungsi kognitif terlihat lebih signifikan pada tempe yang kaya akan bakteri.
Penelitian lain menemukan bahwa ‘jasad’ bakteri pada tempe dapat meningkatkan antibodi immunoglobulin A (IgA) pada sistem pencernaan.
Antibodi IgA merupakan pertahanan garis depan tubuh kita yang dihasilkan pada membran mukosa seperti pada permukaan usus dan saluran pernapasan. Proses ini menyerupai mekanisme vaksinasi, yakni fragmen bakteri dapat ‘melatih’ sistem imun tubuh kita.
Mempertimbangkan IgA adalah salah satu antibodi yang dapat berperan dalam menghambat infeksi virus corona, maka konsumsi tempe yang rutin mungkin dapat membantu meningkatkan sistem imun tubuh kita.
Walau demikian, masih perlu riset lanjutan untuk mendapatkan bukti peranan tempe dalam membantu mencegahan infeksi SARS-CoV-2.
Banyak sekali peran bakteri terhadap fungsionalitas tempe. Mungkin saja masih banyak sekali peranan bakteri yang belum kita ketahui.