KOMPAS.com - Saat ini India tengah menghadapi tsunami Covid-19 dengan angka kasus positif yang sangat tinggi.
Pada 25 April 2021, India melaporkan 346.786 kasus baru Covid-19 selama 24 jam sebelumnya, dengan 2.624 kematian – yang mana ini adalah jumlah korban harian tertinggi di dunia sejak pandemi dimulai tahun lalu.
Secara keseluruhan, hampir 190.000 orang telah meninggal akibat Covid-19 di negara itu, sementara lebih dari 16,6 juta orang terinfeksi Covid-19.
Baca juga: Varian Mutasi Ganda Picu Lonjakan Kasus Covid-19 India, Ini Kata Ahli
Lonjakan kasus Covid-19 di India ini tak main-main, semua rumah sakit kehabisan oksigen dan tempat tidur, dan bahkan banyak orang terinfeksi ditolak hingga akhirnya meninggal dunia di halaman rumah sakit.
Berbagai Negara juga telah melarang penerbangan langsung ked an dari India, seperti Selandia Baru, Hong Kong, Inggris, Amerika Serikat, dan termasuk Indonesia.
Padahal sejak akhir tahun lalu hingga Februari 2021, angka kasus Covid-19 di India telah berhasil turun, bahkan angka kasusnya jauh lebih rendah dari Indonesia.
Selain itu, sebagai Negara produsen vaksin Covid-19, angka vaksinasi Covid-19 di India juga terbilang tinggi.
Lalu, apa yang salah dari India hingga mengalami tsunami Covid-19?
Melansir Aljazeera, varian India, yang dikenal sebagai B.1.617, tampaknya mendatangkan malapetaka di negara tersebut.
Sejak 15 April, India telah melaporkan lebih dari 200.000 kasus virus corona setiap hari dan ibukotanya, Delhi, baru-baru ini mengumumkan diberlakukannya lockdown selama seminggu, setelah peningkatan kasus Covid-19 di sana membuat kewalahan sistem perawatan kesehatan.
"Jika kita tidak memberlakukan lockdown sekarang, kita mungkin menghadapi bencana yang lebih besar," kata Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal saat berbicara di televisi India pada 19 April.
Yang mengkhawatirkan, India juga mengalami krisis ruang tempat tidur dan persediaan oksigen di rumah sakit, terbukti dari banyaknya pasien terinfeksi yang tak lagi bisa diterima di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Ini membuat para anggota keluarga putus asa melihat orang yang dicintainya tak bisa mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan.