Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian B.1.1.7 Picu Lonjakan Covid-19 di Thailand, Berikut 4 Hal tentang Varian Inggris Ini

Kompas.com - 23/04/2021, 15:30 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Setelah berhasil mengendalikan Covid-19 dengan lebih baik dibandingkan negara lain, kini Thailand menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang diakibatkan oleh varian B.1.1.7 asal Inggris.

Dilansir Reuters, Jumat (23/4/2021), Thailand melaporkan 2.070 kasus Covid-19 baru, dan merupakan jumlah kasus tertinggi sejak yang dialami negara ini, sejak pandemi dimulai.

Thailand menghadapi gelombang ketiga Covid-19, yang disebut paling parah hingga saat ini. Empat kematian baru akibat Covid-19 juga dilaporkan kementerian kesehatan setempat.

Kasus Covid-19 baru ini menambah total infeksi Covid-19 di Thailand menjadi 50.183, dan 121 kematian.

Varian baru virus corona yang kali pertama ditemukan di Inggris, varian B.1.1.7 adalah pemicu lonjakan kasus Covid-19 di Thailand.

Baca juga: Varian Virus Corona B.1.1.7 Inggris Lebih Mematikan, Studi Ini Jelaskan

 

 

Seperti diketahui sebelumnya, bahwa mutasi dari virus corona varian B.1.1.7 ini membuat SARS-CoV-2 yang mewabah saat ini bermutasi menjadi lebih menular.

Di Thailand, varian B.1.1.7 ini menyebabkan 20.000 infeksi domestik dengan 27 kematian hanya dalam 23 hari. Lonjakan kasus akibat wabah ini pun terus menyebar ke seluruh negeri dimulai dari ibu kota Negeri Gajah Putih itu, di Bangkok.

Tak hanya Thailand yang mengalami lonjakan kasus Covid-19 akibat varian baru virus corona B.1.1.7. Filipina juga dilaporkan mengalami lonjakan kasus, baik infeksi Covid-19 maupun angka kematian Covid-19.

Varian B117 telah dilaporkan di banyak negara di dunia, sejak kali pertama ditemukan di Inggris. Negara-negara Asia, termasuk di Indonesia juga telah melaporkan varian tersebut, dengan penemuan 10 kasus varian B117.

Baca juga: Penelitian Baru: Varian Virus Corona B.1.1.7 Tak Terbukti Sebabkan Covid-19 Parah

 

Lantas, seperti apa varian B.1.1.7 ini dan bagaimana varian baru virus corona asal Inggris tersebut memicu lonjakan Covid-19 di Thailand?

1. Ditemukan di Inggris

Untuk kali pertamanya, virus corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, bermutasi.

Mutasi pertama itu muncul di Inggris, pada September 2020, setelah ditemukan beberapa orang yang terinfeksi Covid-19, menunjukkan virus corona yang menginfeksinya tampak berbeda.

Mutasi virus corona itu ditemukan pertama kali di London, dan membuat pemerintah setempat langsung memberlakukan lockdown ketat. Upaya itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona yang telah bermutasi itu keluar dari Inggris.

Namun, varian B.1.1.7 tersebut telah dilaporkan di Belanda, Denmark dan beberapa negara lain di Eropa. Terbaru, di Thailand saat ini, telah menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 harian capai lebih dari 2.000 kasus.

Baca juga: Varian Baru B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia, Ini 3 Alasan Kenapa Virus Corona Terus Bermutasi

Ilustrasi genom virus corona, pengurutan genom virus, mutasi virus corona. CDC minta pengurutan genom virus corona di Amerika Serikat (AS) dapat dilipatgandakan atau ditingkatkan untuk memantau mutasi virus SARS-CoV-2.SHUTTERSTOCK/Leigh Prather Ilustrasi genom virus corona, pengurutan genom virus, mutasi virus corona. CDC minta pengurutan genom virus corona di Amerika Serikat (AS) dapat dilipatgandakan atau ditingkatkan untuk memantau mutasi virus SARS-CoV-2.

Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (22/12/2020), Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock melaporkan bahwa varian baru virus corona telah dilaporkan di 60 pemerintahan daerah.

Lonjakan kasus Covid-19 kala itu di London, Kent, dan sebagian daerah di Essex dan Hertfordshire masih belum diyakini diakibatkan oleh mutasi baru tersebut.

2. Pengawasan genom virus corona

Ditemukannya varian baru virus corona di Inggris teridentifikasi berkat pengawasan genom virus yang dilakukan para ilmuwan.

Para ilmuwan yang tergabung dalam Covid-19 Genomics Consortium (Cog-UK), seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (23/12/2020), telah melacak sejarah genetik dari lebih 150.000 sampel virus SARS-CoV-2.

Jumlah tersebut setara dengan sekitar setengah urutan genetik virus corona di dunia.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Masuk Indonesia, Gejala Mirip Varian Asli

 

"Pengawasan genomik tingkat tinggi di Inggris, artinya jika Anda menemukan sesuatu di mana pun, Anda mungkin akan menemukannya dulu di sini," kata Profesor Sharon Peacock, kepala Cog-UK.

3. Varian B.1.1.7 lebih mengkhawatirkan

Mutasi virus corona SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi di wilayah Kent, Inggris. Kemudian varian baru virus corona tersebut disebut virus Kent- B.1.1.7.

Mutasi virus corona B.1.1.7 menjadi varian baru virus corona SARS-CoV-2 pertama yang paling mengkhawatirkan peneliti Amerika Serikat.

Seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (4/3/2021), kendati cara penularan varian B.1.1.7 sama dengan virus corona sebelumnya, namun mutasi virus pada varian tersebut membantu memasuki sel manusia dengan lebih mudah.

Artinya, jika seseorang menghirup udara yang mengandung partikel virus corona di dalamnya, maka partikel itu akan lebih mungkin menginfeksi beberapa sel di sinus atau hidung, dan akhirnya masuk ke paru-paru.

Baca juga: Varian Virus Corona B.1.1.7 Masuk Indonesia, Vaksin Masih Efektif

Ilustrasi varian B.1.1.7, varian baru virus corona asal inggris disebut menjadi penyebab lonjakan kasus di Thailand. SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA Ilustrasi varian B.1.1.7, varian baru virus corona asal inggris disebut menjadi penyebab lonjakan kasus di Thailand.

4. Studi ungkap lebih mematikan

Perubahan yang mengkhawatirkan dari varian B.1.1.7 adalah protein spike atau protein lonjakan yang ada pada permukaan virus.

Protein spike pada virus corona berbentuk seperti paku, yang berfungsi untuk menancapkan diri ke bagian sel, untuk menginfeksinya. Inilah yang membuat orang lebih mungkin terinfeksi saat terpapar virus corona SARS-CoV-2 dengan varian B.1.1.7.

Lonjakan kasus Covid-19 di Thailand akibat mutasi varian B.1.1.7, kemungkinan terjadi karena karakter varian baru virus corona Inggris ini yang lebih menular.

Studi yang dipublikasikan Maret lalu, juga menunjukkan fakta lain tentang varian B.1.1.7 Inggris ini.

Dalam studi yang dipublikasikan peneliti di British Medical Journal, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (11/3/2021) menunjukkan bahwa 30 persen dan 100 persen dari varian baru virus corona B.1.1.7 Inggris ini lebih mematikan dari varian dominan sebelumnya.

Baca juga: Pesan Penting di Balik Munculnya Mutasi Virus Corona B.1.1.7 di Indonesia

 

Analisis itu dilakukan dengan membandingkan tingkat kematian di antara orang-orang Inggris yang terinfeksi oleh varian baru virus SARS-CoV-2, B.1.1.7 terhadap pasien Covid-19 yang terinfeksi varian awal virus penyebab Covid-19.

Para ilmuwan menemukan bahwa ternyata varian B.1.1.7 menunjukkan angka kematian yang secara signifikan lebih tinggi.

Varian Covid-19 Inggris ini sedikitnya memiliki 23 mutasi dalam kode genetiknya, dan itu adalah jumlah yang relatif tinggi.

Selain itu, risiko penularan varian B.1.1.7 sekitar 40-70 persen, dibandingkan varian dominan yang sebelumnya beredar.

Kemungkinan karakter dari varian B.1.1.7 inilah yang menyebabkan beberapa negara, seperti di Thailand saat ini, mengalami lonjakan kasus Covid-19 hingga 2.000 kasus per hari.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia, Ini 4 Hal yang Perlu Diketahui

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com