Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis-jenis Vaksin Covid-19 di Dunia, dari Teknologi dan Cara Kerjanya

Kompas.com - 21/04/2021, 08:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Jenis-jenis vaksin Covid-19 yang ada di dunia saat ini dikembangkan dengan berbagai metode dan teknologi. Sebelumnya, vaksin Nusantara yang mengundang polemik di Indonesia disebut menggunakan sel dendritik.

Polemik vaksin Nusantara akhirnya berakhir. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan berbasis sel dendritik itu akhirnya diteken sebagai penelitian bersifat autologus.

Vaksin Nusantara itu digagas oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Melalui nota kesepahaman antara Kepala BPOM Penny K Lukito, Kepala Staf AD (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, akhirnya diputuskan bahwa vaksin Nusantara menjadi penelitian berbasis pelayanan sel dendritik yang nantinya dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo mengatakan kepada Kompas.com, Rabu (17/2/2021), sel dendritik adalah sel di dalam tubuh yang mempelajari sel B untuk memproduksi antibodi.

Baca juga: Ahli Jelaskan Mengapa Beberapa Vaksin Covid-19 Sebabkan Pembekuan Darah

 

 

Metode pengembangan jenis vaksin ini juga digunakan dalam terapi pengobatan kanker. Vaksin dendritik pada pasien kanker diberikan sebagai imunoterapi kanker.

Lantas, bagaimana dengan jenis vaksin Covid-19 yang tersedia di dunia saat ini?

Virus corona yang teridentifikasi sebagai SARS-CoV-2, generasi kedua SARS, adalah virus yang sangat baru. Artinya, dunia belum memiliki perisai maupun senjata yang dapat memberikan kekebalan terhadap virus ini.

Vaksin adalah salah satu yang sangat dibutuhkan dunia saat ini, dalam upaya mengendalikan pandemi. Ilmuwan, pakar dan para ahli di dunia berlomba mengembangkan vaksin untuk pandemi ini.

Baca juga: Bisakah Suntikan Vaksin Covid-19 Dosis 1 dan 2 dari Jenis Berbeda?

 

Di antaranya vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech, Moderna, Sinovac, AstraZeneca-Oxford, Johnson & Johnson, Sinopharm, Novovax, bahkan di Indonesia, terdapat vaksin Merah Putih juga tengah dikembangkan.

Berikut jenis-jenis vaksin Covid-19 dan metode pengembangannya.

1. Inactivated vaccine 

Jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan metode ini di antaranya seperti vaksin buatan China, Sinopharm dan Sinovac.

Teknologi inactivated vaccine, yakni pengembangan jenis vaksin Covid-19 ini berasal dari virus yang dilemahkan. Kendati bukan metode baru, teknologi pengembangan vaksin ini masih banyak dipergunakan oleh para ahli.

Baca juga: Dua Kandidat Vaksin Covid-19 Masuki Fase 3 Uji Klinis

Ilustrasi jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan Moderna berbasis teknologi genetik yang disebut mRNA (messenger RNA). SHUTTERSTOCK/Nixx Photography Ilustrasi jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan Moderna berbasis teknologi genetik yang disebut mRNA (messenger RNA).

Apa itu inactivated vaccine?

Vaksin Covid-19 ini mengandung seluruh virus corona, SARS-CoV-2, dikutip dari Medical News Today, Selasa (2/3/2021).

Meski mengandung seluruh virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19, namun virus itu telah dimodifikasi secara kimiawi untuk dinonaktifkan.

Cara kerja inactivated vaccine

Vaksin Covid-19 berbasis teknologi ini, seperti yang dikembangkan Sinovac dan Sinopharm, menggunakan bahan kimia yang disebut beta-propiolactone untuk menonaktifkan virus SARS-CoV-2 dalam vaksin mereka. 

Bahan kimia tersebut kemudian akan mengubah materi genetik dari virus. Vaksin dari virus yang dinonaktifkan ini tidak dapat menyebabkan Covid-19, karena virus tersebut sudah tidak bisa menggandakan dirinya.

Baca juga: Hasil Uji Vaksin Covid-19 Sinovac di Dunia Nyata, 80 Persen Efektif Cegah Kematian

 

Vaksin Covid-19 berbasis inactivated vaccine ini, memang tidak menghasilkan reaksi kekebalan sekuat vaksin lainnya. Bahkan, kekebalan yang dihasilkan mungkin tidak bertahan lama.

Oleh sebab itu, Sinovac, Sinopharm maupun Bharat Biotech, pengembang vaksin asal India, menggunakan adjuvan dalam vaksin corona yang mereka kembangkan, sehingga dapat menghasilkan respons kekebalan yang lebih kuat.

Namun, perlu diketahui bahwa untuk memberikan kekebalan dalam jangka panjang, mungkin perlu menerima suntikan penguat setelah menerima vaksin Covid-19 yang tidak aktif tersebut.

Baca juga: Pfizer Janjikan Vaksin Covid-19 mRNA Bisa Disimpan pada Suhu Tinggi

 

2. Messenger RNA (mRNA)

Vaksin mRNA adalah jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan Pfizer asal Amerika Serikat dan mitranya, BioNTech dari Jerman. Jenis vaksin ini juga yang dipergunakan Moderna dalam pengembangan vaksin Covid-19 miliknya.

Vaksin Pfizer dan Moderna telah banyak dipergunakan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, serta beberapa negara lain di Eropa dan Timur Tengah.

Teknologi vaksin mRNA memang bukan hal baru. Sebab, teknologi mRNA juga telah digunakan para ilmuwan dalam mengembangkan vaksin untuk penyakit menular dan kanker selama beberapa tahun ini.

Baca juga: 6 Vaksin yang Akan Disetujui WHO, dari AstraZeneca hingga Sinovac

Ilustrasi vaksin Covid-19 Pfizer berbasis mRNA. Kini vaksin Pfizer dapat disimpan di suhu kulkas biasa.SHUTTERSTOCK/ lupmotion Ilustrasi vaksin Covid-19 Pfizer berbasis mRNA. Kini vaksin Pfizer dapat disimpan di suhu kulkas biasa.

Cara kerja vaksin mRNA

Vaksin mRNA tidak mengandung bagian apa pun dari virus SARS-CoV-2. Namun sebaliknya, vaksin ini membawa sepotong messenger RNA, materi genetik yang disintetis secara kimiawi.

Materi mRNA itu berisi tentang informasi yang diperlukan sel kita sendiri untuk membuat protein spike SARS-CoV-2.

Pada virus corona SARS-CoV-2 sendiri, protein spike berperan penting dalam menginfeksi sel inang dan menyebabkan infeksi Covid-19 pada manusia. Dengan suntikan vaksin mRNA ini, sel-sel kita akan membuat protein ini dan menyajikannya ke dalam sistem kekebalan tubuh.

Tujuannya, untuk merespons dengan menciptakan antibodi dan mengembangkan kekebalan yang lebih tahan lama dalam bentuk respons sel T dan sel B.

3. Vaksin vektor virus

Apa itu vaksin vektor virus?

Baca juga: Vaksin Covid-19 Bentuk Pil Mulai Uji Klinis ke Manusia Juni 2021

 

Jenis vaksin Covid-19 ini sama seperti vaksin mRNA. Meski pengembangannya berbasis virus, namun jeni vaksin tersebut tidak mengandung virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Para ilmuwan vaksin menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk mengirimkan gen yang memungkinkan sel kita membuat protein spike.

Vaksin-vaksin virus corona yang menggunakan metode ini antara lain seperti vaksin AstraZeneca yang dikembangkan bersama University of Oxford, Sputnik V dari Rusia, dan vaksin Johnson & Johnson.

Ketiga jenis vaksin Covid-19 ini dikembangkan dengan menggunakan jenis virus, adenovirus yang berbeda, sebagai sistem pengiriman atau vektor. Adenovirus dapat menyebabkan flu biasa, dan ada banyak jenis adenovirus yang dapat menginfeksi spesies berbeda.

Pada vaksin AstraZeneca, digunakan vektor adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1. Sedangkan pada vaksin Sputnik V Rusia menggunakan dua vektor adenovirus manusia yang berbeda yang disebut Ad26 dan Ad5.

Vaksin Covid-19 Jonhson & Johnson juga menggunakan vektor adenovirus, jenis virus Ad26 dalam vaksin mereka.

Baca juga: AstraZeneca Bantah Vaksin Covid-19 Produksinya Mengandung Tripsin Babi

Ilustrasi vaksin AstraZeneca, vaksin Covid-19, vaksin virus corona. Vaksin AstraZeneca menggunakan tripsin babi dalam pembuatannya. MUI nyatakan vaksin ini halal.SHUTTERSTOCK/Elzbieta Krzysztof Ilustrasi vaksin AstraZeneca, vaksin Covid-19, vaksin virus corona. Vaksin AstraZeneca menggunakan tripsin babi dalam pembuatannya. MUI nyatakan vaksin ini halal.

Cara kerja vaksin vektor virus

Ketiga jenis vaksin adenovirus ini mengandung gen protein spike dan mengirimkannya ke dalam sel setelah injeksi.

Sel-sel tersebut kemudian akan membuat protein lonjakan dan menyajikannya ke dalam sistem kekebalan tubuh kita.

Seperti halnya vaksin mRNA, vaksin vektor virus tidak membawa informasi yang diperlukan sel kita untuk membuat seluruh virus SARS-CoV-2. Oleh karena itu, mereka tidak dapat menyebabkan Covid-19.

4. Subunit vaksin

Seperti mRNA dan vaksin vektor virus, vaksin subunit hanya menggunakan sebagian dari virus SARS-CoV-2. Kendati demikian, daripada memberikan kode genetik yang diperlukan untuk membuat protein virus, subunit vaksin mengirimkan protein secara langsung.

Kandidat vaksin Novavax Covid-19 adalah salah satu jenis vaksin subunit.

Baca juga: Mengenal 2 Vaksin Covid-19 Buatan India, Covaxin dan Covishield

 

Para ilmuwan menghasilkan protein spike SARS-CoV-2 dalam jumlah besar di laboratorium untuk vaksin eksperimental ini.

Uniknya, sebelum memurnikan protein spike itu, Novavax menggunakan sel serangga untuk menumbuhkan protein tersebut.

Cara kerja vaksin protein S

Protein yang dimurnikan kemudian akan membentuk nanopartikel. Dengan sendirinya, nanopartikel protein mungkin tidak menghasilkan reaksi kekebalan yang cukup kuat, jadi Novavax menambahkan adjuvan.

Dilansir dari Mayo Clinic, subunit vaksin adalah jenis vaksin Covid-19 yang mengandung protein S, yang tidak berbahaya.

Setelah sistem kekebalan kita mengenali protein S, ia menciptakan antibodi dan sel darah putih pertahanan. Jika Anda terinfeksi virus corona SARS-CoV-2, antibodi tersebut akan melawan virus penyebab Covid-19 tersebut.

Baca juga: Moderna Mulai Uji Vaksin Covid-19 pada Bayi dan Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com