Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Jelaskan Mengapa Beberapa Vaksin Covid-19 Sebabkan Pembekuan Darah

Kompas.com - 15/04/2021, 09:03 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Amerika Serikat memutuskan untuk menangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 Johnson& Johnson, setelah 6 orang dari 6,8 juta orang yang menerim vaksin mengalami pembekuan darah.

Kasus tersebut tampaknya serupa dengan pembekuan darah langka, yang terlihat pada penerima vaksin Oxford / AstraZeneca, yang menyebabkan beberapa negara juga menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca.

Sindrom pembekuan darah ini menyebabkan orang memiliki jenis gumpalan darah yang tidak biasa, seringkali yang terbentuk di otak - disebut trombosis sinus vena serebral atau CVST - ditambah dengan rendahnya tingkat trombosit, partikel kecil dalam darah yang saling menempel sehingga membentuk gumpalan.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah, Kondisi Apa Itu?

Pembekuan darah ini terjadi terutama pada orang di bawah sekitar 60, dan lebih sering pada wanita daripada pria.

Tetapi perbedaan jenis kelamin, mungkin karena lebih banyak perempuan yang telah divaksinasi, karena banyak perempuan menjadi petugas kesehatan dan staf panti jompo.

Munir Pirmohamed, ketua Komisi Pengobatan Manusia Inggris, dalam analisis terhadap 79 kasus Inggris yang mengalami pembekuan darah setelah suntikan Oxford / AstraZeneca, kasus tersebut terjadi pada tingkat yang sama pada pria dan wanita.

Angka keseluruhan adalah 4 kasus per sejuta orang yang telah menerima vaksin di Inggris.

Tidak diketahui mengapa orang yang lebih muda tampak lebih berisiko mengalami pembekuan darah, tetapi distribusi usia sebagian menjadi alasan, mengapa beberapa negara mengatakan vaksin ini hanya boleh diberikan kepada mereka dengan usia tertentu.

Alasan lainnya adalah orang tua lebih berisiko tertular Covid-19, jadi manfaat vaksin mungkin lebih besar daripada risikonya.

Enam kasus CVST yang baru dilaporkan pada penerima vaksin Johnson & Johnson, salah satunya berakibat fatal, dan semuanya terjadi pada wanita berusia antara 18 dan 48 tahun.

Kejadian ini membuat Johnson & Johnson mengumumkan, bahwa mereka akan menunda peluncuran produk mereka di Eropa.

"Kami telah bekerja sama dengan ahli medis dan otoritas kesehatan, dan kami sangat mendukung komunikasi terbuka terkait informasi ini kepada profesional perawatan kesehatan dan publik," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: BPOM Eropa Temukan Hubungan Vaksin AstraZeneca dan Pembekuan Darah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com