Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Puasa, Bagaimana Pola Makan Sahur dan Berbuka yang Dianjurkan?

Kompas.com - 21/04/2021, 03:29 WIB
Dea Syifa Ananda,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat kita berpuasa selama kurang lebih 13 jam, asupan energi yang dikonsumsi cenderung berkurang. Tubuh pun menjadi lemas dan imunitas turun disebabkan pola makan yang berubah.

Maka dari itu, penting untuk mengetahui pola makan saat sahur dan berbuka yang dianjurkan agar tubuh tidak mudah lemas, puasa lancar dan imunitas tetap terjaga.

Sebenarnya, cara paling umum dan paling efektif memang dengan mempertahankan pola makan gizi seimbang.

Pola makan gizi seimbang adalah dimana dalam satu piring yang kita konsumsi terdapat berbagai komponen gizi lengkap dimana didalamnya ada karbohidrat, protein, lemak, serat dan juga vitamin.

Baca juga: Apakah Puasa Menurunkan Imunitas Tubuh? Ini penjelasan Ahli

Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Yohan Samudra mengungkapkan bahwa, ketika sahur biasanya tubuh memerlukan sekitar 40 persen dari total kebutuhan kalori harian kita sehari.

"Jadi untuk porsi sahur sendiri, bisa dihitung dulu. Misalnya kebutuhan kalori harian seseorang 1500 kalori, maka diambil  40 persennya untuk sahur," ungkap Dr. Yohan dalam Live Streaming Facebook Sainstalk yang diselenggarakan oleh Kanal Sains Kompas.com bertajuk 'Meningkatkan Imunitas Selama Berpuasa', Jumat (9/4/2021).

Hal ini nantinya dapat kita sesuaikan kebutuhan 40 persen yang terdiri dari gizi lengkap dan seimbang. Selebihnya, bisa digunakan untuk takjil dan berbuka.

Lalu, bagaimana dengan buka puasa?

Yohan mengatakan, ketika berbuka puasa dianjurkan utuk memakan kurma seperti saran nabi.

Mengapa kurma? karena kurma mengandung gula buah yang lebih sederhana dan termasuk karbohidrat simpleks.

Jika tidak ada kurma, bisa juga diganti dengan buah lainnya seperti apel atau minuman manis seperti es teh manis.

Namun tentu saja, ingat untuk tetap dibatasi konsumsi gula untuk menghidnari fluktuasi peningkatan gula darah.

Lebih lanjut Yohan mengatakan, sebenarnya idealnya takjil adalah hanya untuk meningkatkan gula darah saja. Pasalnya, selama 13 jam berpuasa, gula darah dapat turun lebih rendah.

Baca juga: Apakah Puasa Ramadhan Bisa Menurunkan Berat Badan?

"Nah, jenis karbo simpleks atau gula buah tadi itu cepat menaikkan gula darahnya dan dapat dicerna dengan cepat sehigga aman untuk orang-orang dengan diabetes atau kencing manis," ungkap Yohan.

Kemudian, Yohan menyarankan untuk memberi jeda antara takjil dengan makan makanan berat seperti nasi dan lauk pauk lainnya.

Ini dikarenakan, selama belasan jam kita berpuasa, maka saluran pencernaan sedang dalam kondisi istirahat. Jika kita makan dalam jumlah yang banyak dalam satu waktu, maka bisa akan mengalami gangguan pencernaan.

Gangguan pencernaan tersebut bisa berupa rasa mual, diare atau sakit perut dan juga gula darah yang akan meningkat drastis.

"Jadi lebih baik setelah makan takjil usahakan ada jeda, bisa dengan melakukan sholat maghrib dulu sekitar setngah jam, maka tubuh akan siap untuk menerima makanan selanjtya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com