Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metode Sel Dendritik untuk Terapi Kanker Beda Perlakuan dengan Vaksin

Kompas.com - 20/04/2021, 12:42 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, serta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait penelitian berbasis pelayanan sel dendritik.

Penandatanganan tersebut disaksikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy yang berlangsung di Markas Besar Angkatan Darat (Mabes AD), Jakarta, Senin (19/4/2021).

"(Penelitian berbasis pelayanan sel dendritik) untuk meningkatkan imunitas terhadap virus SARS-CoV-2," demikian keterangan tertulis Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispen AD), Senin (19/4/2021).

Berdasarkan kesepakatan tersebut, penelitian nantinya dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.

Selain memedomani kaidah penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan, penelitian ini juga bersifat autologus.

Artinya, penelitian hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan izin edar.

Baca juga: Nota Kesepahaman Vaksin Nusantara Diteken, Apa Itu Sel Dendritik?

Metode sel dendritik

Seperti disebutkan dalam berita sebelumnya, ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo menjelaskan bahwa sel dendritik adalah sel di dalam tubuh yang mengajari sel B untuk memproduksi antibodi.

Pada vaksin konvensional atau yang umum dipakai mengandalkan sel dendritik yang ada di dalam tubuh.

Sementara sejak awal kemunculannya, vaksin Nusantara selalu mengunggulkan akan menjadi vaksin personal karena berbasis sel dendritik.

Ini artinya, pembuatan vaksin Nusantara mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh, kemudian memasukkan sel ke dalam tubuh lagi setelah diberi antigen.

Terapi sel dendritik yang biasa diterapkan untuk pengobatan kanker ini pun harganya terbilang sangat mahal karena metode atau proses pengerjaannya yang sulit.

"Dulu ada perusahaan yang mencoba mengapitalisasi ini, gagal bangkrut dia karena mahal sekali. Biayanya itu sampai (Rp) 1 miliar kalau enggak salah, untuk satu pasien," kata Ahmad.

Ilustrasi sel dendritik, sel imun yang menghadirkan antigen.SHUTTERSTOCK/Kateryna Kon Ilustrasi sel dendritik, sel imun yang menghadirkan antigen.

Ahmad menjelaskan, penerapan vaksin Nusantara yang digagas Terawan adalah mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh orang yang akan divaksin, kemudian memasukkannya lagi.

Cara mengeluarkan sel dendritik, ahli akan mengambil darah orang yang akan divaksin.
Usai diambil darahnya, relawan diperbolehkan pulang agar ahli dapat menumbuhkan sel dendritik di laboratorium.

Di dalam darah ada berbagai macam sel, dari sel darah merah, sel darah putih, termasuk sel prekursor dendritik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com