Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2021, 10:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Langit malam tak henti-hentinya menyuguhkan beragam fenomena astronomi yang sayang untuk dilewatkan sepanjang Ramadhan ini. Salah satunya beragam fase Bulan, yang telah diamati sejak hilal hingga nanti di penghujung bulan puasa ini.

Ada banyak pemandangan langit malam sepanjang bulan Ramadhan 1442 Hijriah, yang bisa diamati secara kasatmata atau tanpa perlu perangkat astronomi seperti teleskop.

 

Berbagai fenomena astronomi Ramadhan menjadi pemandangan yang bisa disaksikan secara langsung di Indonesia.

Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo mengungkapkan beberapa pemandangan langit itu antara lain mulai dari bulan sabit menjadi bulan purnama, konjungsi planet dan Bulan, hujan meteor, selempangan galaksi Bima Sakti.

Bahkan, pemandangan lainnya yakni melintasnya benda-benda langit buatan manusia, seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Baca juga: Astronomi Ramadhan: Fase Bulan dan Hilal Penentu Awal Ramadhan

 

"Sepanjang Ramadhan 1442 H ini ada beberapa peristiwa menarik di langit malam yang menemani kita," kata Marufin, kepada Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Marufin mengatakan bahwa fase Bulan menjadi salah satu peristiwa atau fenomena langit Ramadhan yang menarik.

Bahkan, perubahan bentuk Bulan telah menarik sejak Rabu (14/4/2021), atau tepatnya saat dimulainya tanggal bulan puasa, diawali dengan kemunculan anak bulan atau hilal yang diamati serempak di seluruh penjuru dunia pada 12 April lalu.

Lebih lanjut Marufin menjelaskan bahwa fase Bulan ini akan berlangsung selama dua minggu ke depan, di mana Bulan akan hadir di langit senja selepas Matahari terbenam.

"Berawal dari bentuk sabit yang tipis, dari hari ke hari ia akan makin menebal. Hingga akhirnya (fase Bulan) akan tampak Bulan perbani atau separuh pada kuartir pertama pada Selasa (malam ini)," kata Marufin.

Baca juga: 11 Fenomena Hiasi Langit Indonesia Selama Bulan Ramadhan, Catat Jadwalnya

Bulan purnama atau supermoon terlihat, 10 Agustus 2014, di Washington, Amerika Serikat. Supermoon terjadi ketika orbit bulan paling dekat (perigee) dengan Bumi pada saat yang sama penuh.NASA/Bill Ingalls Bulan purnama atau supermoon terlihat, 10 Agustus 2014, di Washington, Amerika Serikat. Supermoon terjadi ketika orbit bulan paling dekat (perigee) dengan Bumi pada saat yang sama penuh.

Supermoon pertama di tahun 2021

Selanjutnya, bentuk Bulan terus menonjol hingga mencapai bentuk bundar penuh, yakni menjelma menjadi Bulan Purnama yang akan mencapai puncaknya pada Selasa (27/4/2021) mendatang.

Bulan purnama ini, kata Marufin, merupakan purnama pergean atau Supermoon pertama di tahun 2021.

Di mana pada saat fenomena bulan purnama ini terjadi, jarak Bulan sangat dekat dengan Bumi, yakni sejauh 357.500 km saja.

Marufin menambahkan selepas purnama perigean, Bulan hanya akan hadir di langit fajar menjelang Matahari terbit.

"Kemudian, Bulan akan kembali membenjol hingga mencapai Bulan perbani kuartir ketiga pada 4 Mei 2021," imbuh Marufin.

Baca juga: Bulan Purnama Bantu Bebaskan Kapal Raksasa di Terusan Suez, Kok Bisa?

 

Bentuk bulan perbani ini, kata Marufin, akan terus menysuut menjadi bulan sabit yang lama-kelamaan kian menipis.

Bulan sabit tertua akan bisa disaksikan pada 10 Mei 2021 mendatang, dan selanjutnya akan muncul fenomena langit lainnya yakni konjungsi Bulan dan Matahari atau memasuki Bulan baru.

Peristiwa ini yang menandai bahwa Bulan siap memasuki siklus fase berikutnya.

Siklus fase Bulan telah dikenali sejak masa purbakala. Keteraturan perubahan fase Bulan membuatnya dijadikan patokan sistem penanggalan oleh banyak peradaban pada masanya

"Kini seperempat penduduk dunia, menggantungkan hari-harinya, khususnya dalam ranah kultural, pada sistem penanggalan yang berbasus keteraturan dari perubahan bentuk Bulan atau fase Bulan," papar Marufin.

Baca juga: Malam Ini, Bulan Sabit Tua dan Super New Moon Hiasi Langit Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com