Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Kilang Minyak Balongan, Greenpeace: Ketergantungan Energi Ekstraktif Harus Dipangkas

Kompas.com - 29/03/2021, 16:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Kebakaran besar terjadi di kilang minyak Balongan, Indramayu, Jawa Barat dini hari tadi pada pukul 00.45 WIB, Senin (29/3/2021).

Kebakaran tersebut sementara diduga akibat hujan deras yang disertai petir di wilayah itu pada saat kejadian. Hal ini disampaikan secara resmi oleh pihak Pertamina

"Jadi tangki di kilang RU VI Balongan terbakar pada pukul00.45 dan kebetulan saat itu sedang terjadi hujan besar dan diduga ada petir," ujar Ifky Sukarya selaku Corporat Secretary Subholding Refining and Petrochemical Pertamina dalam wawancara kepada Kompas TV, Senin.

Meski demikian, Ifky mengatakan, penyebab pasti kebakaran masih harus dipastikan melalui penyelidikan lebih lanjut. 

"Kebakaran terjadi saat hujan besar dan petir, salah satu tangki P300G terbakar. Untuk saat ini kami belum memastikan, menunggu informasi lebih lanjut," kata Ifky.

Baca juga: Kebakaran Kilang Minyak di Balongan, Indramayu Diduga karena Petir, Kok Bisa?

 

Menanggapi peristiwa ini, Greenpeace Indonesia menyebutkan bahwa sebenarnya kebakaran kilang minyak milik Pertamina bukan hanya sekali ini saja terjadi.

Sebelumnya, pada tahun 2019, petaka tumpahan minyak mentah dari operasi PT Pertamina Hulu Energi terjadi di lepas pantai Karawang, Jawa Barat.

Kejadian tersebut telah menghancurkan kehidupan perekonomian masyarakat dan ekosistem darat serta perairan sekitar. Tidak hanya itu, kebakaran juga pernah terjadi di Kilang Pertamina di Balikpapan.

Akibat dari kebakaran di kilang minyak Balongan ini, ada sekitar 15 orang yang mengalami luka ringan, empat orang mengalami luka bakar dan langsung dirujuk untuk perawatan intensif di RSUD Indramayu.

Baca juga: Memahami Terjadinya Kebakaran dan Potensi Biomassa sebagai Racun Api

 

Sementara itu, ratusan orang dibawa ke tiga titik lokasi pengungsian yakni GOR Kompleks Perum Pertamina Bumi Patra (200 pengungsi), Pendopo Kantor Bupati Indramayu (300 pengungsi), dan Gedung Islamic Center Indrayu (392 pengungsi). 

Adapun kerugian materiil akibat ledakan yakni tiga unit tank product Premium 42 T 301 A/B/C terbakar.

Hentikan ketergantungan energi ekstraktif

Menanggapi insiden yang meresahkan warga di sekitar kejadian tersebut, Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak kepada Kompas.com melalui surel, Senin (29/3/2021) mengatakan kejadian terbakarnya kilang Balongan ini pertanda rapuh dan berbahayanya energi ekstraktif.

Baca juga: Mengerikan, Bagaimana Kebakaran Hutan Membuat Langit California Jadi Oranye?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com