Akan tetapi dr Iwan mengingatkan pentingnya untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin untuk mencegah kerusakan saraf mata akibat glaukoma yang dapat berakibat pada kebutaan permanen.
Lantas, bagaimana mata minus dan mata plus bisa rentan mengalami glaukoma?
Dr Iwan menerangkan bahwa bola mata pada mata minus akan cenderung lebih panjang, sehingga kadar air atau sirkulasinya menjadi terlalu banyak.
Sedangkan pada mata plus yang tinggi, bola mata lebih pendek, yang menyebabkan sirkulasi air dalam mata menjadi tidak baik, sehingga menyebabkan glaukoma.
Lebih lanjut dr Iwan mengatakan bahwa glaukoma seringkali tidak menunjukkan gejala bagi penderitanya. Oleh sebab itu, kata dia, pentingnya pemeriksaan mata secara rutin.
Baca juga: Bisakah Mata Minus Sembuh dengan Makan Wortel dan Pakai Kacamata?
"Sebab, seperti diketahui, bahwa glaukoma adalah Si Pencuri Penglihatan. Jadi glaukoma itu tidak ada gejalanya sampai lanjut, (tiba-tiba) sudah ada penyempitan lapang pandang, kita jalan sudah jatuh-jatuh, itu baru ketahuan," jelas dr Iwan.
Satu-satunya cara untuk mendeteksi glaukoma lebih dini adalah dengan pemeriksaan diri, dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata, lapang pandang dan saraf mata secara dasar.
"Apabila cukup baik, maka cukup dilakukan satu tahun sekali. Kecuali sudah ada kerusakan pada saraf mata, maka dilakukan rutin," ungkap dr Iwan.
Selain itu, dr Iwan juga mengungkapkan bahwa pada glaukoma akut, biasanya penderitanya merasakan berbagai gejala menyakitkan, di antaranya gejala glaukom akut sebagai berikut.
Baca juga: Sebelum Kacamata Ditemukan, Bagaimana Orang dengan Mata Minus Melihat Jauh?