Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Es di Jogja, Begini Proses Terbentuknya hingga Durasi

Kompas.com - 04/03/2021, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Hujan es melanda sejumlah daerah seperti Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Nganjuk, Jawa Timur, Selasa (2/3/2021).

Di Nganjuk, peristiwa hujan es terekam dalam sebuah video dan viral di media sosial.

Sedangkan di Sleman, butiran es yang turun berukuran sebesar kelerang.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan membenarkan fenomena hujan es terjadi di Bangunkerto, Turi, Sleman sekitar pukul 15.00 WIB.

Butiran es yang turun bersama hujan, kata Makwan, berukuran sebesar butiran kelereng.

"Tadi terjadi hujan es di Bangunkerto," kata dia seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (3/3/2021).

"Tapi tidak lama, sekitar 5-10 menit saja, tidak ada dampak yang ditimbulkan," tutur dia.

Baca juga: Puting Beliung dan Hujan Es di OKU Selatan, Wilayah Ini Harus Waspada

Bagaimana hujan es bisa terbentuk?

Hujan es pada dasarnya adalah fenomena alami dan dapat terjadi di dunia mana pun. Ini berbeda dengan salju yang hanya bisa terjadi di wilayah lintang lebih dari 23,5 derajat.

Dalam wawancara dengan Kompas.com, Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hujan es bisa terjadi dalam dua kondisi.

Pertama pada masa pancaroba yang disertai angin kencang. Kedua, hujan dengan perbedaan suhu yang besar dalam satu hari.

Lantas, bagaimana proses terbentuknya hujan es?

Pada masa pancaroba, terjadi hujan dengan perbedaan suhu besar disertai angin kencang, hal ini meningkatkan potensi terbentuknya awan cumulonimbus.

Awan cumulunimbus memiliki bentuk mirip bunga kol berwarna putih.

"Kalau hujan es disebabkan oleh awan cumulonimbus, salju disebabkan oleh awan nimbus stratus," ujar Hary kepada Kompas.com, April 2019.

Hary menjelaskan, awan jenis cumulonimbus lebih banyak mengandung air dalam bentuk padat daripada cair. Oleh karena itu, hujan yang turun bisa dalam bentuk padat.

Tangkapan layar tangan seorang warga memegang butiran es yang turun bersamaan dengan hujan di Kecamatan Gondang, Nganjuk, Selasa (2/3/2021). Foto: Video akun Nugro's.KOMPAS.com/USMAN HADI Tangkapan layar tangan seorang warga memegang butiran es yang turun bersamaan dengan hujan di Kecamatan Gondang, Nganjuk, Selasa (2/3/2021). Foto: Video akun Nugro's.

Sementara itu, prakirawan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Bandara Internasional Lombok (BIL), Kadek Setiya Wati, dalam siaran persnya menambahkan, awan cumulonimbus tak hanya berpotensi menyebabkan hujan es. Namun juga bisa menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir.

Dilansir dari ABC, peneliti dari Monash University Dr Joshua Soderholm mengatakan, hujan es memiliki bentuk bulan dengan diameter sekitar satu sentimeter.

Saat hujan membeku dan membesar

"Ketika hujan membesar, Anda mulai mendapatkan es membeku di setiap arah. Itu fase pertumbuhan basah," ujar Dr Soderholm.

Ketika hujan es terbentuk selama pertumbuhan basah, yakni saat es membeku dan membesar, bagian es memiliki pori-pori yang kemudian diisi oleh air.

"Saat inilah, es batu bulat dengan warna putih terbentuk," ujar Dr Soderholm.

Hujan es terbentuk melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level) 0 derajat Celsius.

Durasi hujan es

Hujan es memiliki durasi yang lebih singkat daripada salju karena hujan es dipengaruhi oleh intensitas hujan.

Hary mengungkapkan, es dari hasil hujan es paling lama bertahan selama sepuluh menit. Tak lama setelah es jatuh dari langit, dia akan segera mencair.

Sementara salju bisa tahan lebih lama di permukaan tanah karena suhu daratan yang sangat rendah.

Gejala sebelum turun hujan es

Gejala sebelum turun hujan es antara lain, seharian terasa hawa panas dan gerah.

Udara yang panas dan bikin gerah disebabkan oleh radiasi matahari yang cukup kuat.

Hal itu ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (lebih dari 4,5 derjat Celsius), disertai kelembaban yang cukup tinggi.

Baca juga: NASA Juno Ungkap Hujan Es Kaya Amonia, Petunjuk Baru Cuaca Planet Jupiter

Sebelum hujan es biasanya muncul awan cumulus yang berlapis-lapis.

Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang bagian tepinya berwarna abu-abu dan menjulang tinggi seperti bunga kol.

Pada tahap berikutnya, awan tersebut akan berubah warna menjadi abu-abu atau kehitaman atau dikenal sebagai awan cumulonimbus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com