Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obesitas Bisa Jadi Pemicu Penyakit, Ketahui Penyebab dan Cara Mengukurnya

Kompas.com - 03/03/2021, 20:05 WIB
Dea Syifa Ananda,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang menganggap obesitas atau kegemukan bukan hal serius.

Nyatanya tidak demikian. Obesitas adalah masalah kesehatan serius, bahkan berisiko kematian.

Jika saat ini berat Anda mulai berlebih, ada baiknya mulai mewaspadai kemungkinan obesitas.

Di Amerika, obesitas sudah dianggap sebagai salah satu penyakit. Obesitas dinilai menjadi awal dari pemicu penyakit seperti diabetes, stroke, bahkan jantung.

Baca juga: Usia dan Obesitas Tingkatkan Risiko Penderita Covid-19 Jadi Penyebar Super

Apa itu obesitas?

Berdasarkan data Riskesdas 2018, di Indonesia ditemukan bahwa sebanyak 1 dari 3 penduduk dewasa atau sekitar 35,4 persen menderita obesitas.

Jumlah ini meningkat drastis hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007 yang hanya 19,1 persen.

dr. Nurpudji Taslim,Sp.GK(K) Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDKI) menjelaskan pengertian obesitas, dalam webinar yang diadakan oleh Novo Nordisk Indonesia bertajuk 'Jangan Anggap Remeh Obesitas, Si Penyakit Kronis Serius' Rabu (3/3/2021)

Obesitas adalah gangguan ketidakseimbangan antara asupan makanan yang masuk dan yang keluar.

Jika tidak seimbang antara asupan yang masuk dan keluar, maka akan terjadi akumulasi dari jaringan lemak di tubuh kita. 

"Pada wanita, dapat dikatakan obesitas jika mempunyai kelebihan lemak lebih dari 25%. Namun pada pria, lebih dari 30%," jelas Pudji.

Bagaimana cara mengukur obesitas?

Ada cara mudah untuk mengukur, apakah Anda masuk dalam kategori obesitas atau tidak.

Untuk mengukurnya, bisa menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), di mana kita hanya memerlukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.

Caranya adalah, kita hitung berapa berat badan dalam kilogram lalu dibagi dengan tinggi badan dalam meter dikali dua. Dalam hal ini, nanti hasilnya dapat dilihat normal range sesuai berat badan yang ideal.

"Jika dia dibawah 18,5 berarti itu kurang gizi. Kalau berada antara 18,5 sampai 22,9 itu menandakan normal. Sedangkan Pre-obesity di antara 25 sampai 27 dan untuk obesity sendiri berada diangka 27 sampai 30," ungkap Pudji.

Maka, jika hasil angka perhitungan diatas mencapai 27 ke atas, Anda harus berhati-hati karena sudah masuk kategori obesitas.

Namun menurut dr. Nurpudji, terkadang penghitungan melalui IMT tidak begitu tepat. Ini dikarenakan ada beberapa kasus orang yang memiliki otot besar namun lemaknya cenderung sedikit.

Sehingga, dibuatlah cara penghitungan obesitas lain yang disebut dengan obesitas sentral. Dengan cara mengukur lingkar perut atau lingkar pinggang.

"Jika pria didapati lingkar pinggangnya lebih dari 90 centimeter, ini menandakan bahwa pria tersebut sudah obesitas. Sedangkan untuk wanita, lebih dari 80 centimeter," ungkap dr. Ketut Suastika, Sp.PD Ketua Umum PERKENI.

Lebih lanjut dr. Suas mengungkapkan, bahwa pengukuran dengan lingkar perut ini dinilai lebih efektif karena kebanyakan lemak jenuh memang cenderung berada dibawah perut ketimbang area lain.

Baca juga: Obesitas Meningkatkan Risiko Gejala Parah Covid-19, Kok Bisa?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com