Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iklim Makin Hangat Bikin Katak Tak Mampu Melompat, Kok Bisa?

Kompas.com - 22/02/2021, 09:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Studi baru telah mengungkapkan dampak buruk iklim yang membuat cuaca panas dan kering dapat berpengaruh pada kemampuan melompat pada katak.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B ini menemukan saat katak dan kodok kehilangan air, mereka tak dapat melompat jauh.

Temuan tersebut pun menunjukkan sebuah gambaran yang mengkhawatirkan mengenai masa depan planet ini saat terus memanas.

Seperti dikutip dari IFL Science, Minggu (21/2/2021) hasil studi tersebut didapat setelah peneliti melakukan analisis terhadap tiga spesies amfibi atau katak.

Baca juga: Studi Ungkap Lingkungan Tentukan Ukuran Mata Katak

 

Ketiga spesies katak dalam studi dampak iklim yang makin hangat itu, di antaranya katak ekor pantai (Ascaphus truei), kodok kaki sekop (Spea intermontana), dan katak pohon Pasifik (Pseudacris regilla).

Ketiga amfibi itu unik di habitatnya. A. truei menyukai aliran air dingin sementara S. intermontana betah tinggal di gurun dan P. regilla adalah jenis katak pengembara.

Ketiganya kemudian ditempatkan ke dalam tangki dengan kondisi terkontrol,sehingga para peneliti dapat menentukan suhu tubuh amfibi dan tingkat dehidrasi.

Baca juga: Panggilan Kawin Tak Terdengar, Katak Ini Pilih Lambaikan Tangan

 

Secara keseluruhan ketiganya mampu mempertahankan mobilitas mereka. Namun terjadi penurunan drastis ketika mereka kehilangan sekitar 20 persen berat badan karena dehidrasi.

Pada titik tersebut, ketiga spesies mulai melompat dalam jarak yng lebih pendek dibandingkan saat mereka basah.

Titik kritis akibat iklim makin hangat ini terjadi saat katak tak mampu melompat sama sekali terjadi ketika mereka yang kehilangan 30 persen berat badan dan pada kodok saat kehilangan 45 persen berat badan.

Baca juga: Kamasutra Satwa: Katak Brasil Lakukan Poligini, Kawin dengan 2 Betina

ilustrasi katak Atelopus varius ilustrasi katak Atelopus varius

Dampak pada jarak lompatan bahkan lebih terasa ketika katak dan kodok yang mengalami dehidrasi saat ditempatkan di lingkungan yang lebih hangat dengan kondisi kontrol berkisar antara 15 hingga 30 derajat Celcius.

Lebih lanjut menurut peneliti, berkurangnya kemampuan melompat pada katak dan kodok itu terjadi sebagai akibat gangguan dalam pertukaran ion dalam sel akibat kehilangan air.

Gangguan pertukaran ion juga bisa berdampak pada pengangkutan nutrisi dan pembuangan limbah di jaringan.

Namun kemampuan melompat juga dapat terjadi karena darah mengental ketika dehidrasi, sehingga membuat jantung tegang dan aktivitas fisik yang dilakukan lebih melelahkan.

Baca juga: Panggilan Kawin Tak Terdengar, Katak Ini Pilih Lambaikan Tangan

 

Dehidrasi pada amfibi di atas menjadi gambaran yang cukup menyedihkan, sehingga temuan ini sangat berpengaruh dalam menghadapi krisis iklim di Bumi.

Tak hanya untuk katak dan kodok, tetapi juga hewan berdarah dingin lainnya yang mengandalkan kondisi lingkungan yang stabil untuk mempertahankan kondisi fisik yang mendukung fungsi tubuh (homeostasis).

Beberapa hewan memang mampu mengubah perilaku mereka saat lingkungan berubah. Tetapi hanya sedikit yang dapat mengikuti laju perubahan iklim itu.

"Saat kita melihat air yang makin berkurang dan mempengaruhi suhu, itu benar-benar mengubah cara kita berpikir tentang bagaimana cara perubahan iklim akan mengatur ulang sistem ekologi di Bumi berabad-abad mendatang," kata Dan Greenberg dari Simon Fraser University, penulis studi hilangnya kemampuan melompat pada katak akibat iklim makin hangat.

Baca juga: Spesies Katak Baru Endemik Sumatera, Ahli Konsen pada Konservasi Hutannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com