Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Sejarah Ditulis dan Siapa yang Menulisnya?

Kompas.com - 19/02/2021, 20:05 WIB
The Conversation,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Bagaimana sejarah dituliskan dan siapa yang menulisnya? - Zoe, 10 tahun, dari Glasgow, Skotlandia

Oleh: Marion Löffler

MEMIKIRKAN tentang siapa yang menulis sejarah sangat penting jika kita ingin tahu bagaimana itu bisa ada.

Ada banyak hal yang berdampak pada bagaimana kita melihat dunia, termasuk pendidikan, di mana kita lahir, apakah kita adalah laki-laki atau perempuan, serta keadaan ekonomi keluarga. Semua hal ini mempengaruhi bagaimana para sejarawan menuliskan sejarah tentang manusia, keluarga, komunitas, dan masyarakat di masa lalu.

Untuk sekian lama, orang yang menulis sejarah kebanyakan adalah laki-laki terpelajar: mulai dari “bapak sejarah” Yunani Kuno, Herodotus yang hidup 2000 tahun lalu, para biarawan abad pertengahan seperti Bede dari Inggris, hingga profesor di universitas abad ke-20 seperti Eric Hobsbawm.

Seringkali, mereka menulis sejarah tentang laki-laki hebat, perang besar, dan berbagai kerajaan yang berupaya menaklukkan dunia.

Hal ini mulai berubah pada abad ke-20. Masyarakat dari berbagai latar belakang berbeda mulai menulis sejarah dan membuat suara mereka didengar.

Baca juga: Dirgahayu Republik Indonesia, Ini 5 Fakta Sejarah dari Peringatan 17 Agustus

Misalnya, untuk sekian lama buku sejarah tentang negara seperti India, yang dulunya tergabung dalam Kerajaan Inggris, ditulis oleh orang Inggris dengan sudut pandang kerajaan.

Sekarang, masyarakat di sana menulis sejarah milik mereka sendiri. Selain itu, semakin banyak perempuan dan masyarakat dari keluarga miskin mengenyam pendidikan tinggi.

Pengalaman dan sudut pandang mereka menjadi sangat berbeda dari apa yang dituliskan sejarawan dari generasi sebelumnya, dan ini yang kemudian mengubah bagaimana sejarah dituliskan.

Sebagai contoh, buku tentang Inggris di era Victoria (1837-1901) dulu sering digunakan untuk menjelaskan bahwa peran pria adalah bekerja dan wanita tinggal di rumah.

Penggambaran seperti ini terjadi karena sejarawan yang menulis buku-buku ini fokus pada orang-orang seperti mereka: mereka membaca surat dan catatan harian dari orang berpendidikan, kelas menengah, dan melihat lukisan atau foto tentang mereka.

Berbagai surat dan foto tersebut menjelaskan pada para sejarawan saat itu bahwa pria tugasnya adalah bekerja dan wanita mengatur rumah.

Baca juga: Bagaimana 5 Pandemi Terburuk Dunia Berakhir? Sejarah Mencatat

Mengambil sudut pandang lain

Untuk sejarawan perempuan dan mereka yang dari kelas pekerja, penggambaran itu salah.

Bagaimana dengan asisten rumah tangga dan juru masak yang bekerja di rumah kelas menengah? Bagaimana dengan penjahit yang membuat gaun mahal dalam foto-foto tersebut? Bagaimana dengan para perempuan yang bekerja di pabrik tekstil Inggris bagian utara dan tambang batu bara di Wales bagian selatan?

Sejarah Inggris di era Victoria akhirnya akhirnya ditulis kembali karena sejarawan dari generasi berikutnya fokus pada berbagai kelompok masyarakat yang berbeda untuk menggali sumber materi sejarah yang beragam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com