Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Coronasomnia, Sulit Tidur Selama Pandemi?

Kompas.com - 28/01/2021, 12:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Banyak faktor yang berperan. Pertama, rutinitas dan lingkungan kita sehari-hari telah terganggu, sehingga sulit untuk menjaga ritme sirkadian kita bekerja seperti waktu normal.

Biasanya, hari-hari kita berjalan sesuai jadwal. Ada perjalanan pulang pergi ke kantor, waktu istirahat dan waktu tidur. Namun Covid-19 telah mengganggu semua itu.

"Kita kehilangan banyak petunjuk eksternal yang ada dalam rapat kantor, juga jadwal istirahat makan siang," kata Altchuler. "Apa yang Anda lakukan (selama bekerja jarak jauh) mengganggu jam tubuh Anda."

"Otak Anda sebelumnya sudah terbiasa bekerja di tempat kerja, lalu ketika Anda di rumah berarti Anda sedang bersantai. Ada perbedaan di sana. Dan sekarang, kita semua di rumah setiap saat," kata Angela Drake, seorang profesor kesehatan klinis di University of California, Davis, yang merawat pasien dengan gangguan tidur dan yang menulis tentang coronasomnia.

Dia juga menandai fakta bahwa ketika kita bekerja dari rumah, kita mungkin kurang berolahraga dan berpotensi lebih sedikit terpapar cahaya - keduanya berpengaruh pada kualitas tidur.

Ada juga masalah kinerja. Angka pengangguran di banyak negara adalah yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, jadi tidak mengherankan jika mereka yang bekerja ingin bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan mereka.

Masalahnya, bekerja dari rumah dapat mengaburkan batas-batas yang sebelumnya telah diatur dan banyak orang melaporkan mereka bekerja lebih lama atau di jam-jam yang tidak teratur.

"Kita cenderung melihat batasan yang kurang jelas antara rumah dan kantor," kata Altchuler. "Orang-orang cenderung begadang (karena pekerjaan)."

Ditambah lagi fakta bahwa kita merindukan hobi dan teman-teman kita, yang penting untuk relaksasi dan menghilangkan stres.

Banyak dari kita mengalami masalah kesehatan mental, yang dapat menyebabkan masalah tidur, atau sebaliknya.

Rasa ketidakpastian dan kurangnya kendali juga dapat menyebabkan masalah tidur, sedangkan periode pandemi yang panjang juga merupakan faktor.

"Awalnya, orang cenderung merasa termotivasi untuk melewati stres [saat pandemi]. Tapi karena pandemi terus berlanjut dari waktu ke waktu, kebanyakan orang menjadi kurang mampu mengatasinya, mengakibatkan masalah yang lebih besar, termasuk insomnia," kata Drake.

Beberapa masalah tidur akan menjadi "kronis dan bertahan lama", tambahnya, karena pandemi telah membuat sejumlah orang kesulitan mengakses pengobatan; orang cenderung hanya mencari bantuan medis dalam keadaan darurat, sementara beberapa fasilitas kesehatan kekurangan staf atau kewalahan dengan pasien Covid-19.

Faktanya, petugas kesehatan sangat terpukul oleh insomnia selama 12 bulan terakhir. Pada bulan Desember, Universitas Ottawa menganalisis 55 studi global terhadap lebih dari 190.000 peserta untuk mengukur kasus insomnia, depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) sejak awal pandemi.

Semua gangguan meningkat setidaknya 15 persen di antara petugas kesehatan, dengan insomnia mengalami lonjakan terbesar hampir 24  persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com