Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Suara Dentuman di Bali, Mirip Kejadian di Bone 2009

Kompas.com - 26/01/2021, 17:26 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

4. Disebabkan meteor-sangat terang

Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo mengatakan bahwa dentuman suara, kilatan cahaya, dan penjalaran gelombang seismik unik di Bali kemungkinan disebabkan oleh masukna meteorid ke atmosfer Bumi. Meteoridnya memiliki diameter antara 70-280 cm.

Setelah memasuki atmosfer Bumi dan berpijar terang sebagaii boloid, ia melepaskan hampir seluruh energi kinetiknya pada ketinggian antara 30 hingga 36 kilometer di atas paras Bumi.

"Kejadian alamiah ini tidak berdampak apapun dan sesungguhnya bersifat rutin. Meteor sangat terang Bali hanyalah bagian dari 44 ton meteoroid yang memasuki atmosfer Bumi setiap harinya," kata Marufin dalam tulisannya di Kompas.com, Selasa (26/1/2021).

Baca juga: Dentuman di Bali, LAPAN Menduga Berasal dari Meteor Jatuh

5. Mirip dengan kejadian di Bone, 8 Oktober 2009

Pada 8 Oktober 2009 warga Bone, Provinsi Sulawesi Barat, mendengar ledakan yang disertai getaran kaca-kaca rumah mereka. Warga setempat juga melihat jejak asap di langit.

Dugaan Lapan pada saat itu menunjukkan bahwa peristiwa yang terjadi itu berasal dari meteor besar.

Dugaan tersebut akhirnya mendapatkan bukti dari peneliti NASA yang menggunakan data infrasound. 

Data infrasound mengindikasikan adanya meteor jatuh yang diperkirakan berdiameter 10 meter.

"Belakangan diketahui juga seismograf BMKG terdekat merekam getaran 1,9 magnitudo," ucap Rhorom.

Bila dibandingkan dengan kejadian di Bone, kata dia, ada kemiripan sehingga diduga ledakan di Buleleng juga disebabkan adanya meteor besar yang jatuh.

"Meteor itu menimbulkan gelombang kejut yang terdengar sebagai ledakan. Diduga meteor tersebut memiliki ukuran awal beberapa meter, lebih kecil daripada asteroid Bone," kata Rhorom.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Seberapa Sering Meteorit Jatuh ke Bumi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com