Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Menyingkap Meteor-Sangat Terang di Balik Dentuman Misterius Bali

Kompas.com - 26/01/2021, 13:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DENTUMAN suara, kilatan cahaya dan penjalaran gelombang seismik unik di Bali tempo hari kemungkinan disebabkan oleh masuknya meteoroid ke atmosfer Bumi. Meteoroidnya memiliki diameter antara 70 hingga 280 cm.

Setelah memasuki atmosfer Bumi dan berpijar terang sebagai boloid, ia melepaskan hampir seluruh energi kinetiknya pada ketinggian antara 30 hingga 36 kilometer di atas paras Bumi.

Kejadian alamiah ini tidak berdampak apapun dan sesungguhnya bersifat rutin. Meteor sangat terang Bali hanyalah bagian dari 44 ton meteoroid yang memasuki atmosfer Bumi setiap harinya.

Kejadian

BMKG & PVMBG, 2021 Seismogram BMKG (atas) dan PVMBG (bawah) pada saat dentuman terjadi di Bali. Pola gelombangnya sangat berbeda dengan kejadian gempabumi tektonik maupun vulkanik pada umumnya.

Satu dentuman keras menggelegar di ruang udara Bali bagian utara pada Minggu, 24 Januari 2021, 10:27 WITA lalu. Gelegar suaranya bahkan menyeberangi selat Bali hingga terdengar di Banyuwangi. Bersamaan dengan dentuman tersebut, menjalar pula gelombang seismik yang khas.

Gelombang seismik ini tak terasakan siapapun, namun cukup kuat untuk direkam dua sensor seismometer berbeda, yaitu sensor Singaraja yang dikelola BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dan sensor Gunung Batur yang dikelola Pos Pengamatan Gunung Api Batur di bawah PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).

Sensor BMKG merekamnya mulai pukul 10:27:15 WITA selama 20 detik kemudian. Sementara sensor PVMBG mulai merekamnya pukul 10:28:20 WITA.

Kedua sensor memproduksi seismogram yang mirip. Akan tetapi, polanya sama sekali berbeda dibandingkan dengan seismogram gempa bumi tektonik dan vulkanik pada umumnya. Oleh karena itu, BMKG menyatakan gelombang seismik tersebut tidak terkait kejadian gempabumi. Meskipun jika dianalisis mengikuti prosedur standar analisa gempabumi, maka gelombang seismik tersebut memiliki magnitudo lokal 1,1.

Sejumlah saksi mata bertutur melihat kilatan cahaya sesaat sebelum terdengarnya gelegar dentuman. Maka logis saja jika mencoba menghubungkan kilatan cahaya–suara dentuman–gelombang seismik dengan kejadian langit. Yakni peristiwa tumbukan benda langit, khususnya masuknya meteoroid besar ke dalam atmosfer Bumi dengan segala efeknya.

Klasifikasi

Astronomi mengenal meteoroid, meteor dan meteorit. Meteoroid adalah segala jenis benda padat alamiah yang beredar mengelilingi Matahari dengan orbit demikian rupa sehingga memiliki potensi berpotongan dengan orbit Bumi. Benda padat tersebut dapat berupa pecahan asteroid, remah–remah komet hingga kepingan–kepingan kerak planet/satelit alamiah.

Meteor adalah meteoroid yang sudah memasuki atmosfer Bumi hingga berpijar terang akibat bekerjanya gaya hambatan udara. Meteor–meteor tersebut sangat cepat, memiliki rentang kecepatan antara 12 hingga 72 km/detik relatif terhadap Bumi.

Dan meteorit adalah meteor yang masih tersisa setelah perjalanan brutalnya dalam menembus atmosfer Bumi untuk selanjutnya jatuh menumbuk suatu lokasi di paras Bumi.

Bergantung kepada tingkat terang (magnitudo)–nya, meteor diklasifikasikan lagi menjadi tiga: meteor biasa, meteor–terang (fireball) dan meteor–sangat terang atau boloid. Tingkat terang meteor berbanding lurus dengan massanya yang masih berbanding lurus lagi dengan pangkat tiga dimensinya.

Meteor biasa bersifat redup (magnitudo kurang dari –4, berasal dari meteoroid seukuran debu hingga butir–butir pasir. Sementara meteor–terang menyamai cemerlangnya Venus hingga Bulan perbani (magnitudo –4 hingga –8), membuatnya bisa dilihat di siang bolong. Ia berasal dari meteoroid seukuran kerikil hingga bola basket.

Dan meteoroid–meteoroid yang lebih besar akan menghasilkan boloid (magnitudo lebih dari –8). Boloid sangat terang hingga mudah dilihat di siang bolong dan ketampakannya kerap diikuti suara dentuman. Pada boloid yang lebih terang dari Bulan purnama (magnitudo –12), sekitar seperseribu hingga seperseratus dari massa meteoroidnya akan tetap tersisa dan mendarat di paras Bumi sebagai meteorit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com