Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Dosis Kedua Vaksin Corona Bisa Diberikan Lebih Lambat?

Kompas.com - 14/01/2021, 13:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Walau diketahui, sebagian sudah membangun reaksi pertahanan tubuh setelah 12 hari pemberian dosis pertama, tapi tidak ada data mengenai jangka waktu setelah tiga minggu.

President Paul-Ehrlich-Instituts (PEI), Professor Dr. Klaus Cichutek, juga menyatakan tetap akan bertahan pada lampiran data yang sudah ada, terkait keampuhan dan keamanan vaksin bersangkutan.

Baca juga: Efikasi Vaksin Covid-19, Ini Faktor yang Memengaruhi Nilainya

Interval pemberian vaksin yang fleksibel

Thomas Mertens, ketua komisi tetap vaksinasi Jerman (STIKO) pada Robert-Koch-Institut (RKI), sebaliknya menanggapi positif wacana dari Inggris itu.

"Karena interval antara kedua vaksinasi, kemungkinan besar bisa variabel dalam batasan lebih panjang, dan perlindungan setelah dosis pertama juga sudah cukup bagus, sangat patut dipertimbangkan, pada saat kelangkaan pasokan vaksin, prioritas ditekankan pada pemberian vaksin dosis pertama", tegas Mertens.

Pakar virologi Hendrik Streeck, juga mendukung wacana Inggris itu.

"Data menunjukkan, setelah pemberian vaksin pertama, separuh dari orang yang divaksinasi sudah mendapat perlindungan dari gejala sakit berat. Jika dosis kedua vaksin diberikan dengan interval lebih panjang, artinya kontingen dosis pertama vaksin bisa mencapai kapasitas dua kali lipatnya", tegas Streeck.

Prof. Dr. Peter Kremsner, direktur Institut Kedokteran Tropis di Universität Tübingen juga melihat adanya ruang gerak terkait interval pemberian dosis kedua ini.

"Pada dasarnya, wacana dari Inggris itu sangat logis. Seperti pada vaksinasi lainnya, pemberian dosis kedua kemungkinan masih bagus, jika diberikan dua sampai tiga bulan sesudah dosis pertama, yang menunjukkan keampuhan tinggi. Jika efek vaksinasi pertama tidak cepat menghilang, vaksinasi kedua bisa diberikan dengan interval lebih panjang, misalnya setelah enam bulan. Ini yang belum kita ketahui. Pada vaksin lainnya, hal semacam itu juga sudah dilakukan," ujar Kremsner.

Leif Erik Sander, ketua kelompok peneliti imunologi infeksi dan riset vaksin di rumah sakit Charité Berlin, menurut "Science Media Center" mendukung "fleksibilitas interval vaksinasi".

Pada vaksin BioNTech-Pfizer, interval tiga minggu, secara imunologi dipandang sebagai batas minimal.

"Kita punya ruang gerak lebih luas", papar Sander.

"Vaksinasi kedua bisa dengan mudah dan tanpa masalah agak diundur waktunya. Kami tidak melihat ada penurunan signifikan keampuhannya".

Baca juga: Jokowi Divaksin, Apa Dampaknya untuk Keberhasilan Vaksinasi Covid-19?

Pakar imunologi itu juga menegaskan, ini merupakan strategi sementara waktu. Dan sangat penting diperhatikan, semua yang mendapat dosis pertama vaksin, harus mendapat dosis kedua.

Sander juga menunjukkan, dosis kedua vaksin buatan Astra Zeneca/Oxford akan diberikan setelah enam minggu.

"Data dari Astra Zeneca/Oxford menunjukkan, booster yang diberikan lebih lambat justru memperkuat jawaban antibodi. Fenomena ini dikenal dari riset lainnya, misalnya vaksin Ebola", pungkas Sander daam wawancara dengan surat kabar Jerman Die Welt.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com