Dr Dani menjelaskan gangguan penciuman biasanya disebabkan oleh gangguan pada saraf penciuman nomor 1. Namun, bukan berarti gangguan tersebut tidak dapat pulih atau tidak bisa disembuhkan.
Saraf tersebut, kata dr Dani adalah satu-satunya persarafan dalam otak manusia yang bisa mengalami regenerasi.
"Kalau toh, hilang penciuman, baik itu anosmia, hiposmia, maupun parosmia, akibat infeksi virus corona tetap bisa kembali (sembuh)," kata dr Dani.
Proses regenerasi saraf penciuman tersebut, berdasarkan penelitian yang ada, berlangsung antara 1-13 tahun. Namun, tentu tidak ada orang yang ingin mengalami gangguan ini dalam waktu yang lama.
Dr Dani mengingatkan agar masyarakat tidak menyepelekan gejala parosmia atau gangguan lain pada indera penciuman.
"Sebab, indera penciuman adalah fungsi luhur dari manusia yang sangat berhubungan dengan emosi," ungkap dr Dani.