Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencemaran Lingkungan, Bahaya Mikroplastik Mulai Cemari Tubuh Manusia

Kompas.com - 31/12/2020, 17:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Pencemaran sampah plastik telah memberikan dampak buruk, tak hanya bagi lingkungan, tetapi juga makhluk hidup. Bahkan, mikroplastik telah menjadi ancaman serius yang tak bisa diabaikan.

Upaya pengurangan sampah plastik masih menjadi persoalan pelik yang dihadapi masyarakat dunia.

Namun, bahayanya kini semakin meluas dan serius seiring dengan banyaknya mikroplastik yang sulit diatasi.

Dalam konferensi pers daring yang digelar Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) bertajuk Gerakan Tolak Sekali Pakai 2020, Selasa (29/12/2020), Andreas Kristanto dari Ecoton Indonesia mengatakan telah banyak penelitian yang menemukan bahwa mikroplastik juga telah ada dalam tubuh manusia.

Baca juga: Peneliti Sebut Bayi Berpotensi Konsumsi Jutaan Mikroplastik dari Botol Susu

 

"Mikroplastik ada di mana-mana. Di sungai, mikroplastik ada lebih banyak daripada plankton, sehingga ikan mengonsumsi mikroplastik," kata Andreas.

Bahkan, tidak hanya mencemari sungai. Andreas mengatakan bahwa mikroplastik juga ditemukan di feses manusia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ecoton, terhadap relawan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Malang, per 10 gram feses manusia yang ditemukan terdapat 10,78 partikel mikroplastik.

"Perlu diingat efek mikroplastik di tubuh kita itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena itu kami juga mendorong semua upaya untuk mengurangi sampah plastik di alam, agar tidak lagi membahayakan manusia," jelas Andreas.

Ilustrasi mikroplastik ditemukan dalam plasenta wanita hamil. Ilmuwan menyebut wanita hamil sedang mengandung bayi cyborg, karena adanya campuran entitas biologis dan entitas anorganik.SHUTTERSTOCK/zffoto Ilustrasi mikroplastik ditemukan dalam plasenta wanita hamil. Ilmuwan menyebut wanita hamil sedang mengandung bayi cyborg, karena adanya campuran entitas biologis dan entitas anorganik.

Sampah plastik yang dapat menghasilkan mikroplastik sangat sulit terurai dan apabila mencemari lingkungan, membahayakan bagi makhluk hidup, bahkan manusia.

Gerakan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai juga menjadi fokus yang dilakukan GIDKP untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat sampah tersebut.

Salah satu persoalan yang kini sedang dihadapi yakni penggunaan galon sekali pakai, yang berpotensi akan semakin memberi beban pada upaya pengelolaan sampah plastik.

Juru kampanye urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi mengatakan sangat penting mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, termasuk galon sekali pakai.

Baca juga: Mikroplastik Ditemukan dalam Plasenta Ibu Hamil, Kok Bisa?

 

Penggunaan galon sekali pakai kian digencarkan oleh salah satu produk air minum kemasan.

"Harusnya di tahun 2021 perusahaan sudah memulai upaya untuk mengurangi sampah dari kemasan plastik yang dihasilkan. Bukan malah mengeluarkan produk baru kemasan sekali pakai yang akan menambah masalah sampah seperti galon sekali pakai ini," kata Atha.

Atha mengatakan bahwa dari seluruh sampah plastik, hanya 9 persen yang bisa didaur ulang. Sedangkan sisanya, hanya akan menjadi sampah yang mencemari lingkungan dan air.

"Sebelum ada galon sekali pakai saja, sudah banyak sampah plastik (data dari TPA Bantargebang) yang perlu kita tangani, apalagi sekarang ditambah sampah dari galon sekali pakai," jelas Atha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com