Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Hujan, Ketahui 4 Faktor Pemicu Banjir dan Mitigasinya

Kompas.com - 04/12/2020, 17:06 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di musim hujan ini, banyak wilayah berpeluang terdampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, angin puting beliung hingga cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.

Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya, dan kebanyakan adalah faktor meteorologi.

Beberapa di antaranya adalah peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, suhu ekstrem, cuaca esktrem seperti hujan lebat yang disertai angin kencang serta kilat atau petir, dan lain sebagainya.

Namun, Peneliti Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), M Fakhrudin berkata bahwa faktor meteorologi bukan satu-satunya faktor pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

Baca juga: Waspada Bencana Hidrometeorologi, BMKG Beri 3 Saran Mitigasi

"Masih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, khususnya yang diakibatkan oleh manusia atau antropogenik," kata Fakhrudin kepada Kompas.com, Jumat (4/12/2020).

Fakhrudin juga menyebutkan bahwa dalam musim hujan saat ini, memang bencana hidrometeorologi yang sering kali terjadi adalah banjir dan tanah longsor.

"Bencana banjir dan longsor terkait dengan curah hujan yang tinggi, tetapi belum tentu kalau hujan tinggi terus terjadi banjir dan longsor," ujarnya.

Berikut adalah beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya banjir:

1. Curah hujan

Curah hujan sangat berpengaruh terhadap potensi bencana banjir di suatu wilayah. Apalagi jika hujan terjadi dengan intensitas tingga atau deras dan durasinya lama.

"Semakin intensitas besar dengan durasi yang lama tentu saja akan semakin berpotensi menimbulkan banjir dan longsor," ucap dia.

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG, Apakah Pertanda Bencana Hidrometeorologi?

2. Kondisi tutupan lahan

Selain curah hujan, kondisi tutupan lahan juga berperan mengakibatkan banjir.

Fakhrudin menjelaskan, kalau tutupan lahan sebagian besar berupa hutan, maka kejadian banjir dan longsor akan semakin kecil.

Hal ini karena hutan mempunyai daya resap dan tampung air hujan yang tinggi, sehingga bila hujan besar terjadi sekalipun, maka sebagian besar air akan diresapkan ke dalam tanah. Hutan juga mempunyai vegetasi yang perakarannya dapat mengikat tanah secara kuat, sehingga risiko longsor juga kecil.

Sebaliknya, jika lahannya berupa rumah atau daerah terbangun, maka air hujan akan sedikit yang meresap ke dalam tanah.

Alhasil, dengan hujan tidak terlalu besar atau deras sekali pun, wilayah tersebut sangat berpotensi terjadi banjir.

3. Sistem drainase

Umumnya, sistem drainase ini berkaitan dengan wilayah perumahan atau padat pembangunan.

Apabila sistem drainase memadai, yaitu dapat menampung atau mengalirkan air hujan yang tidak bisa diresapkan ke permukaan tanah dan terintegrasi dengan sungai, maka banjir dapat diperkecil.

Baca juga: Apa Itu Bencana Hidrometeorologi yang Harus Diwaspadai di Musim Hujan?

4. Faktor pasang air laut

"Faktor pasang air laut terjadi, ketika hujan besar bersamaan dengan air laut, maka potensi banjir juga akan meningkat karena air sulit untuk mengalir ke laut," jelasnya.

Umumnya, banjir yang terjadi akibat pasang air laut disebut dengan banjir rob.

Mitigasi bencana banjir

Fakhrudin menegaskan, bencana banjir sebenarnya dapat diminimalisir atau dimitigasi dengan mengendalikan faktor-faktor pemicu banjir yang terjadi sesuai dengan wilayahnya.

"Misalnya kalau bicara tutupan lahan, maka bagaimana luasan dan vegetasi hutan itu tetap terjaga," tegasnya.

Sementara, jika pada daerah terbangun atau perumahan, mitigasi dapat dilakukan dengan mengupayakan semaksimal mungkin cara meresapkan air hujan ke permukaan tanah, misalnya dengan sumur resapan atau menampung air hujan di situ atau kolam-kolam dalam perumahan.

Selanjutnya, untuk sarana dan prasarana drainase haruslah selalu dipelihara, misalnya pompa-pompa harus selalu dimonitor fungsinya dan salurannya juga harus dijaga kapasitasnya.

Nah, untuk mitigasi bencana longsor, dapat dilakukan dengan menghindari daerah-daerah yang rawan longsor seperti area lereng tinggi, tanaman tahunan sedikit dan kondisi tanah yang rapuh.

Selain itu, Anda juga dapat memperbanyak tanaman-tanaman yang mempunyai sistem perakaran dalam dan kuat, biasanya tanaman asli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com