Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teleskop Raksasa Bakal Dibangun NASA di Bulan, Apa Fungsinya?

Kompas.com - 21/11/2020, 11:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Inverse

KOMPAS.com- Sejak para astronom mempelajari luar angkasa menggunakan teleskop, mereka tak berhenti untuk menciptakan teleskop-teleskop lain yang lebih baik dan besar untuk membantu melihat alam semesta lebih luas lagi.

Perjalanan teleskop saat ini pun makin beragam, mulai dari teleskop berbasis darat yang besar hingga teleskop yang mengorbit jauh di luar angkasa.

Namun para astronom tetap masih mencari jalan untuk membuat teleskop yang tak ada duanya, sehingga mampu mempelajari bintang-bintang pertama di alam semesta.

Seperti dikutip dari Inverse, Jumat (20/11/2020) untuk memfasilitasi itu semua, ilmuwan dari University of Texas Austin mengusulkan untuk membangun sebuah teleskop di Bulan.

Baca juga: 3 Metode Melihat Hilal, dengan Mata Telanjang sampai Teleskop

 

Ini bukanlah ide yang baru. Sebab, konsep tersebut pertama kali diperdebatkan pada tahun 2008 oleh tim astronom dari University of Arizona.

Tetapi setelah memeriksa proposal, NASA memutuskan untuk tak melanjutkan proyek tersebut saat itu.

Bintang pertama di alam semesta

Sekarang para ilmuwan ingin menghidupkan kembali ide pengembangan teleskop di Bulan dengan tujuan tertentu, yakni mempelajari bintang pertama di alam semesta yang terbentuk tak lama setelah Big Bang. Bintang-bintang ini dikenal sebagai Bintang Populasi III.

Baca juga: Benang Plasma di Atmosfer Matahari Tertangkap Teleskop Ini

 

Bintang Populasi III yang sulit dipahami itu diyakini terbentuk ketika alam semesta baru berusia 100 juta tahun, sebelum galaksi mulai terbentuk.

Bintang-bintang pertama ini diperkirakan 100 kali lebih besar Matahari, terbentuk dari campuran kosmik hidrogen dan helium.

Tetapi bintang-bintang pertama ini belum pernah diamati sebelumnya, karena teleskop sekarang tak dapat melihat sejauh itu ke alam semesta. Sehingga, semua itu masih tetap menjadi teori.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com