Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Lempeng Kuno Samudra Pasifik Terkubur di Bawah China, Apa Itu?

Kompas.com - 19/11/2020, 20:04 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Sejumlah ilmuwan telah mengidentifikasi fragmen tertua dari Samudra Pasifik, yang diketahui merupakan sisa-sisa kuno dasar laut di masa lampau. Fragmen berupa lempeng kuno Bumi tersebut membentang sejauh 400 mil di bawah China.

Dilansir dari Live Science, Kamis (19/11/2020), lempeng berbatu yang dulu melapisi dasar Samudra Pasifik ini adalah peninggalan litosfer samudra, yakni lapisan terluar permukaan Bumi.

Lapisan terluar tersebut terdiri dari kerak bumi dan bagian terluar padat dari mantel atas. Namun, lapisan litosfer tidak selalu berada di atas.

Sementara lapisan permukaan atas terdiri dari beberapa lempeng tektonik yang terfragmentasi, yang perlahan-lahan bergerak dan bergeser di permukaan. Bahkan, terkadang lempeng ini saling bertabrakan.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,1 Guncang Pacitan Akibat Aktivitas Subduksi Lempeng

 

Selama peristiwa tumbukan itu dapat terjadi suatu proses geologi yang disebut dengan subduksi.

Dalam proses itu, satu lempeng akan mendapat tekanan di bawah lempeng lainnya di zona subduksi dan pada akhirnya terdorong lebih dalam ke planet ini.

Dalam sebuah studi baru ini, para ilmuwan dari China dan Amerika Serikat kini telah menyaksikan bagaimana fenomena epik ini terjadi pada kedalaman yang lebih dalam dari yang pernah diamati sebelumnya.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,4 Guncang Melonguane Akibat Aktivitas Subduksi Lempeng

 

Sebelumnya, para ilmuwan telah merekam lempeng subduksi dengan menyelidiki batas pada kedalaman sekitar 200 km.

Berkat jaringan raksasa dari lebih 300 stasiun seismik yang tersebar di timur laut China, para peneliti dapat melihat peristiwa geologi tersebut di titik yang jauh lebih rendah.

Pencitraan bagian lempeng tektonik yang dulu berada di bawah Samudra Pasifik telah didorong ke tengah zona transisi mantel Bumi pada kedalaman antara 410-660 km di bawah permukaan bumi.

Untuk menginterpretasikan tenggelamnya lempeng tersebut, tim ilmuwan ini mengidentifikasi dua diskontinuitas dari kecepatan seismik yang wilayahnya berada jauh di bawah tanah di mana gelombang seismik bertemu dengan anomali.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com